18. Demand Honesty

1.5K 280 43
                                    

Author POV

"Siapa yang nyuruh Abang?"

"Pak Heru."

"Pak Heru?" Ketiga preman itu mengangguk bersamaan.

BRAK!

"Jangan bergerak!"

Ali dan ketiga Abang premannya terkejut saat pintu gubuk itu terbuka. Sekitar lima buah anak kepercayaan papinya langsung memegangi ketiga preman itu.

"Eh apaan sih? Lepasin mereka!" Ali menginterupsi.

"Tapi, mereka ini sudah berniat mencelakakan Tuan Muda," ujar Reyhan.

"Enggak ada yang celaka, ini salah paham," jelas Ali. "Lepasin mereka," lanjut Ali memerintah.

"Udah, udah, lepasin," ujar Wira yang juga datang bersama Fitra dan Delta. Mereka mencari-cari Ali seharian ini dan menemukan mobilnya tak jauh dari tempat ini.

"Lo enggak papa, kan, Li?" tanya Fitra. Ali mengangguk. "Mereka yang udah nyelamatin gue," katanya lagi.

Abang-abang premannya itu terkejut, tak menyangka Ali akan membalikkan fakta.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan Muda?" tanya Reyhan. Sungguh, kalau hingga matahari terbenam Ali belum ditemukan, hidupnya tidak akan terselamatkan.

"Papi, Mami, sama Prilly gimana?" tanya Ali. Hari akan menjelang malam, tidak bisa dibayangkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya apalagi maminya.

"Tuan dan Nyonya tidak tahu, Tuan Muda. Nona Prilly juga baik-baik saja," jawab Reyhan.

"Bagus," gumam Ali lega.

"Anda benar baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya Reyhan memastikan.

"Iya, gue enggak apa-apa. Ayo balik!"

Sebelum pergi tak lupa Ali mengucapkan terima kasih kepada Abang premannya itu. Besok, ia akan menemui mereka lagi agar lebih leluasa. Ali merasa sudah terlalu banyak rahasia di sini, lama kelamaan ia risih, apalagi ini masih menyangkut Prilly.

Hari sudah beranjak sore ternyata, padahal saat pergi tadi hari masih pagi. Nyalinya seketika ciut, malas pulang ke rumah karena sudah menebak bagaimana respons maminya. Ali bahkan sudah bisa menebak hanya dari puluhan panggilan masuk tak terjawab dari maminya itu.

"Eh, anak ayam, lo punya utang cerita sama kita. Enak aja lo seharian nyusahin. Mana bolos tiga mata kuliah lagi gue," sungut Wira.

"Alah, senang, kan, lo bisa bolos?"

"Bapak lo senang! Hari ini gue presentasi!" seru Wira. Dia yang terakhir diantarkan ke rumah. Fitra dan Delta sudah lebih dulu turun tadi.

"Ck, ya udah sana turun! Berapa sih bayar ngulang semester ini?"

"Sialan, malah ngedoain gue ngulang!" Wira memukul bahu Ali, si empunya meringis. Bekas dipukul kayu tadi dipukul lagi.

"Iya, iya. Maaf deh. Thanks juga. Pasti ini inisiatif lo-lo pada buat nutup mulut Reyhan dari Papi-Mami," kata Ali akhirnya. Mereka banyak berjasa hari ini.

"Gitu dong. Seratus! Udah, gue balik." Setelah Wira turun, mobilnya kembali melaju menuju jalan pulang ke mansion-nya.

"Tuan Muda, Nyonya menelepon ingin bicara," ujar Reyhan tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

"Iya, Mi?"

"Astaga, kamu dari mana aja sih? Mami telepon enggak diangkat-angkat!"

"Maaf, Mi, aku gak liat hp, di silent. Aku seharian ada pengamatan diluar."

Powerpoint in Love 2 (END)Where stories live. Discover now