23. Magic of McD

1.4K 245 27
                                    

Author POV

Isi kamar yang didominasi warna biru metalik itu penuh dengan laki-laki toples yang kelelahan sepulang kuliah. Satu orang di antaranya sedang bermain PS single, satu orang lagi berperan sebagai penonton sambil makan mie kemasan cup ditemani sekaleng soda dingin, sedangkan dua orang sisanya jatuh ke alam mimpi sejak setengah jam yang lalu.

Ali, Wira, Fitra, dan Delta. Rencananya mereka berempat akan menginap di rumah Delta yang kosong karena orang tuanya sedang keluar kota. Malam ini ada Liga Champions dan mereka berencana begadang untuk nonton bareng.

"Mie lo ngembang noh," celetuk Wira.

"Peduli amat," ketus Fitra.

"Gantian napa!" seru Wira akhirnya.

"Ogah. Abisin dulu mie lo."

"Abis dari tadi. Sini gantian."
"Belum itu, sekalian wadah sama garpunya dong. Cupu," ledek Fitra.

"Bajingan. Lagian ini konsepnya gimana sih masa beli stik PS gak sepasang?" Wira melihat Delta yang terkapar bersama Ali di sebelahnya, sama-sama tidur.

"Hasil rampok, sayang yang ke bawa cuma sebelah keburu jadi bagong dia" kata Fitra asal.

"Bodoh! Di mana-mana dari bagong dulu baru ke manusia."

"Iya dah, cuma lo yang paling paham."

Omong-omong bagong, Wira dan Fitra baru sadar dengkuran Delta yang keras sudah mirip sekali dengan suara babi. Sangat tidak seirama dengan dengkuran Ali.

"Noh, jangan-jangan temen lo beneran siluman bagong," bisik Fitra.

Lelah melihat Fitra yang Wira akui sangat pro bermain game, membuatnya jadi bosan dan mengantuk. Jadi, ia memutuskan untuk beranjak mandi. Sedangkan Fitra tak menggubris sama sekali. Malah semakin anteng. Manusia ini lelahnya waktu kelas doang, begitu kelas usai, lelahnya juga usai.

Salah satu ponsel dari empat ponsel yang tergeletak berkelompok di karpet berbunyi dan bergetar, membuat Fitra melirik kecil lalu bersyukur tahu bukan ponselnya. Sekali lagi dia lelah, sekedar untuk menggeser bokongnya ke kiri atau kanan.

"Ali, hp lo!"

"Woy bangun!"

"Ck, Prilly yang telepon!"

"Mana, siniin," sahut cowok itu dari atas tempat tidur. Kalau manusia ini— giliran dengar kata "Prilly" doang bisa langsung bangun.

"Males. Ambil sendiri lah. Gue sibuk."
Ali terpaksa merangkak ke ujung ranjang. Tangan panjangnya menggapai ponselnya di bawah karpet, lalu mampir menggapai kepala Fitra untuk memberikan sedikit pelajaran. Fitra mengumpat dalam hati karena hampir kalah. Sementara masih di ujung ranjang, Ali mengangkat panggilan saat dering ketiga akan berakhir.

"Ali ...."

"Di sini," jawabnya. Terdengar Isak tangis Prilly di seberang sana. Ali sudah tahu alasannya jadi ia terlihat biasa saja.

"Are you crying? Aku ke sana, ya?"

"Makasih. Makasih banyak. Ayah pulang, Li, ke rumah. Dia langsung peluk aku, sampe berlutut di kaki Bunda."

Terdengar Prilly terisak. Ali diam. Membiarkan sesaat.

"Aku dipeluk, Li." Terisak lagi.

"Aku dipeluk."

"Selamat, ya."

"Makasih. Ayah udah cerita semuanya. Makasih banyak."

"Aku gak ngelakuin apa-apa. And I not change anything. Just say thanks to him. Karena udah mau berubah. Please, habis ini bahagia selalu."

Powerpoint in Love 2 (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن