21. What the-

1.1K 190 2
                                    

Author POV

Sudah lebih dari sepuluh menit, bahkan kembali bertambah satu, toko yang sengaja ditutup karena kedatangannya siang ini masih sunyi. Para pegawai yang bekerja di sana bahkan sungkan untuk sekedar melangkah karena bunyi dari high heels yang mereka pakai akan menimbulkan bunyi kecil pada lantai.

Lagi-lagi terdengar helaan napas. Seharusnya ia membawa seseorang yang tepat, bukan seperti yang berdiri di belakangnya saat ini.

"Maaf, Tuan, kami masih punya dua terbaik lainnya-"

"Nggak, nggak. Saya tambah pusing," potongnya. Pegawai di depannya mengulum bibir dengan kikuk, seraya menunduk.

"Maaf, Tuan Muda, kalau saya boleh memberikan saran, yang nomor 2 akan lebih menarik jika diganti dengan liontin yang menunjukkan karakter seseorang yang akan memakainya," ujar Reyhan yang sedari tadi berdiri di belakang Ali.

"Gitu ya?" Ali membalikan tubuhnya. Dadanya bergetar sejak tadi, entah apa yang terjadi. Laki-laki itu terlalu sibuk berpikir keras.

"Karakter..." Ali berpikir, lalu buyar dengan deringan benda yang sedari tadi terus menggetarkan dadanya. Ia mengambil falcon-nya yang menampilkan panggilan masuk dari Fitra.

"Paan lo? Gak dulu. Gue sibuk."

"Lo bisa gak sih buka hp saat genting kayak gini? Cewek lo nih dicariin sama satu jurusan. Katanya dia susah dihubungi. Cewek gue juga gak tau, makanya minta gue tanya ke lo."

"Hah?" Ali sedikit menyingkir dari tempatnya.

"Hah hoh hah hoh. Lo lagi nggak sama Prilly?"

"Nggak, gue lagi di luar."

"Gue gak paham, katanya ada yang ngamuk-ngamuk karena gak terima Prilly yang pergi ke olimpiade. Katanya Prilly tanda tangan sepihak padahal hasil seleksi dia sama Prilly seri."

"Prilly gak mungkin kayak gitu," bela Ali.

"Mana gue tau. Lo bawa aja cewek lo kumpul sama anak himpunan. Omongin baik-baik kalau emang Prilly gak salah. Mereka udah hubungi Prilly katanya doi gak respons sama sekali."

"Gan, tolong yaa lo temuin Prilly, minimal lo bawa dia ke mana kek dulu. Jangan di rumah. Tu orang yang ngamuk-ngamuk ngancem mau labrak Prilly ke rumahnya," ujar Vania.

"Terus Tante Lisa gimana?" tanya Ali panik.

"E-eh, Tante Lisa udah aman sama Rana. Yang jelas Prilly gak ada di rumah, gak ada di kampus, gak ada di mana-mana juga."

"Prilly gak ada kelas hari ini," kata Ali.

"Ya udah, buruan lo cari. Gue takutnya Prilly kenapa-napa."

"Oke, gue cari Prilly sekarang!"

"Sumpah anak himpunan serem-serem, lo baek-baek ya?"

"Lo jangan makin bikin panas ya, atau gue putusin!" ancam Vania.

"Thanks infonya."

Ali mematikan panggilan, lalu buru-buru pergi dari toko itu meninggalkan Reyhan yang kebingungan.

"Lo urus, nanti gue iMess. Gue mau cari Prilly," pesannya sebelum pergi.

"Tapi, Tuan-"

Ali bahkan lebih cepat dari yang Reyhan bayangkan. Dia hanya bisa bertanya-tanya apa yang terjadi tanpa bisa menyusulnya. Ali sudah memerintahkannya untuk tinggal, jadi Reyhan tak bisa melakukan apapun.

Ali cepat sampai di basement, mengendarai mobilnya sambil berusaha menghubungi Prilly.

"Ali..." suara lirih perempuan kesayangannya menyapa lebih dulu. Itu semakin membuat Ali khawatir, sehingga tak sadar ia semakin menambah kecepatan mobilnya.

Powerpoint in Love 2 (END)Where stories live. Discover now