13. Cinderella

1.8K 332 37
                                    

Author POV

Ruang ganti anak laki-laki ricuh sejak pagi-pagi sekali. Isinya anak-anak basket yang sedang bersiap-siap menjelang pertandingan. Di luar terdengar sorak-sorai dari lapangan yang sudah dipenuhi oleh para mahasiswa dari dalam dan luar kampus. Kelas-kelas dan beberapa ruangan dikosongkan untuk dijadikan barak kampus lain. Hari ini dan esok perkuliahan memang libur. Pertandingan akan dilangsungkan selama dua hari. Hari Jumat dan Sabtu.

"Woy, bagi pomade dong!"

"Dikit aja tapi."

"Elah pelit lo!"

"Berisik! Lo tuh mau tanding basket bukan mau kencan."

"Lah si Imron kan udah nazar kalo kampus kita menang mau french kiss 30 detik sama tiang ring basket."

"Sialan!"

Sesaat ruang ganti penuh dengan gelak tawa. Hitung-hitung mereka tidak tegang menjelang pertandingan. Namun, batang hidung si kapten basket, Ali, belum tampak-tampak juga sejak tadi. Padahal, semalam ia masih ikut di zoom meeting untuk renungan bersama pelatih.

"Gana masih belum dateng, Wir?" tanya Aditia, selaku ketua pelaksana turnamen antar kampus kepada Wira.

"Belum nih," balas Wira tak kalah gusar. Sedari tadi ia tak berhenti menghubungi Ali berharap si empunya segera mengaktifkan ponsel.

"Oke, kita masih punya waktu lima belas menit lagi. Tolong terus hubungi Gana, ya," pinta Aditia, seraya berlalu sejenak mengecek kondisi lapangan.

"Hadoh, kemana sih lo, anak ayam?" sungut Wira.

"Si Reyhan juga nggak angkat telepon nih," kata Delta.

"Prilly?"

"Doi juga masih nyoba buat hubungi Ali. Padahal tadi pagi tu anak masih sempat ngebucin di telepon katanya." Fitra juga misah-misuh.

"Kalau Ali nggak datang, kemungkinan besar posisi Ali bakal digantiin sama si Aiko," kata Delta lagi.

"Nggak sudi gue," decih Fitra pelan. Apalagi melihat wajah congkak kembarannya kiko yang minta dimasukkan ke dalam kulkas itu. Asal kalian tahu saja, sejak masuk kampus Ali dan Aiko sudah bersitegang tentang siapa yang pantas menjadi kapten basket. Mereka rival dalam tim. Semakin menjadi-jadi menjelang pertandingan, terutama Aiko yang tak terima hanya dimasukan ke dalam pemain cadangan di pertandingan kali ini.

"Wir, Ali belum dateng juga?" Prilly tiba-tiba masuk ke dalam ruang ganti bersama Rana. Ia sangat khawatir Ali tidak ada kabar.

"Belum, Pril."

Untuk kesekian kalinya Prilly mengubungi Ali. Masih tidak diangkat. "Nggak diangkat juga."

"Gimana?" Aditia masuk lagi ke dalam ruang ganti.

"Tunggu sebentar lagi," jawab Wira.

"Tujuh menit lagi giliran kita. Yuk, yang lainnya turun duluan. Kita mau di briefing bentar sama Pak Rudi."

"Oke!" sahut yang lain.

"Gimana?" tanya Fitra.

"Ali pasti dateng. Lo turun duluan aja sama yang lain, nanti gue nyusul." Fitra dan Delta mengangguk, kemudian pergi bersama yang lain.

"Lo udah nyoba lacak pake lokasi terakhirnya, Ra?" tanya Satya yang masih berada di sana.

"Ali nggak pernah nyalain lokasinya, Sat," balas Prilly.

Tak lama setelah itu langkah seribu terdengar menaiki tangga lantai 2 ini, kemudian sosok yang sedang ditunggu-tunggu muncul dengan wajah penuh peluh.

Powerpoint in Love 2 (END)Where stories live. Discover now