11. Our Still Love

1.7K 305 27
                                    

Author POV

"Aduh, lo apaan sih, Di!"

"Gana, please, sebentar aja!"

"Nggak apaan sih, lepas!"

"No, Gana. Ini tu urgent banget. Kamu mau tiba-tiba aku kenapa-napa di jalan?" Diandra mengerucutkan bibirnya, sedang Ali langsung memandangnya aneh.

"Ya bodo amat, emang gue peduli?" Ali berontak, karena lengannya terus dipegangi Diandra yang merengek minta ditemani kemana- Ali pun tak mengerti.

"Gana, ayolah ...."

"Gak, apaan sih! Lepasin gak?!"

"Nggak mau!" seru Diandra kekeuh, sedang lengan atasnya makin erat dipegangi.

"Lepasin gak? Ketek gue bau! Sumpah, Di, gue belum mandi dari zaman Pithecanthropus," ujar Ali berharap perempuan aneh ini segera melepaskan diri darinya.

"Bodo! Kamu kenapa sih nggak tertarik sedikitpun sama aku?" tanyanya kesal sekali. Dari zaman SMA sampai sekarang, Diandra termasuk dalam jajaran perempuan yang tak jera-jera untuk mendapatkan hati seorang Alfahreza Ganali, bahkan untuk sekadar pindah haluan ke laki-laki lain pun seolah tak kuasa, padahal dia cantik, dan pastinya high end, sekelas dengan Ali. Satu lagi, ia juga tak pernah pacaran. Kalau menurut rumor anak-anak Lyra sih, alasan Diandra masih menjomlo ya karena menunggu cinta Ali. Tapi, malang, sayang, sedikitpun Ali tidak tertarik kepadanya. Ali hanya menganggapnya teman, tidak lebih.

"Ihhh apaan sih! LEPAS GAAAK?!!!"

Ali meringis, menutup telinganya saat teriakan Prilly mampu memorak-porandakan gendang telinganya. Gadisnya itu tiba-tiba datang, langsung murka dan bantu melepaskan paksa rangkulan Diandra di lengan Ali.

"Lepaaaaaasss!!!" seru Prilly lebih kencang lagi.

"Apaan sih lo?"

"Apaan sih lo? Lo tuh yang apaan! Lo jadi cewek jangan gini-gini amat dong!" balas Prilly berseru.

"Ya emang salah, gue ada perlu sama Gana. Lo jadi ceweknya ngertiin dia dikit dong!"

"Eh, lo ngerti lepas gak sih?" tanya Prilly berusaha sabar.

"Lo ngerti sopan santun gak?" tanya Diandra balik. Jangan lupakan ia masih mempertahankan lengan Ali yang diapitnya kuat-kuat.

"Lo ngerti dia punya gue gak?" tanya Prilly tak mau kalah.

"Oh ya? Sayangnya gue nggak peduli." Kembali Diandra membalas.

Ali berusaha lagi melepaskan diri dari Diandra. Kali ini berhasil. Tapi, masalah barunya sebentar lagi akan ada perang dunia kesekian. "Udah, udah, apaan sih!"

Prilly menatap Ali tajam. "Udah gimana? Nggak bisa! Urusan gue sama dia belum selesai!"

"Udah, ah, Fi. Kita pergi aja yuk, malu dilihatin," ajak

"Gak! Udah lo pergi sana!" Prilly menunjuk Ali. "Abis ini lo gue parselin!"

"Apaan sih kok jadi lo-loan gitu sama aku!" protes Ali. Padahal dia tidak salah, tidak berulah, tapi tetap juga kena getahnya.

"Bodo! Lo ngeselin juga jadi cowok!"

"Lho, kok jadi kamu yang marah? Kan tadi kamu lihat sendiri dia yang ngejar-ngejar aku, nemplok-nemplok ke aku." Hukum harus ditegakkan!

"Oh, seneng lo dikejar-kejar?"

Tembok mana sih tembok? Rasanya Ali pingin membenturkan kepalanya di sana.

"Bukan gitu ...."

Lama-lama Diandra jadi pusing. Niatnya yang mau usaha kenapa jadi harus mendengarkan perdebatan Ali dan Prilly. Namanya senjata makan tuan. Tadi kan yang mau ribut ia dan Prilly. Hh, sekarang Ali tak dapat, harus mendengar mereka berdebat pula. Semakin panas lah hatinya. Jadi diputuskannya untuk pergi saja. Double shit.

Powerpoint in Love 2 (END)Where stories live. Discover now