42. Sesi Belajar Bersama.

2.6K 508 0
                                    

Marsha terlihat sibuk menarikan tangannya diatas lembaran kertas, mulutnya tak berhenti mengoceh, mengeluarkan kalimat kekesalan yang ditujukan pada bu Retno karena telah memberikannya soal kimia. Guru itu mengatakan jika ini merupakan hukuman akibat mengacau di kelasnya kemarin.

Hah. Jika saja guru itu tak memberikannya soal kimia ini, maka Marsha tidak akan berakhir ditempat keramat, Perpustakaan ini sendirian. Iya sendirian, karena Kanaya sedang tak enak badan dan beristirahat di Ruang kesehatan.

Dan kalian tahu apa yang lebih parahnya lagi? Soal ini harus dikumpulkan sebelum jam sekolah berakhir nanti! Sial sekali nasibnya ini.

Marsha mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara kursi depannya yang ditarik. Kedua netranya melebar ketika melihat sosok yang duduk didepannya sembari membawa beberapa buku ditangannya.

"Hai," sapa Davian sembari mendudukkan dirinya di kursi.

"H-hai?" balas Marsha sedikit terbata, bertemu dengan Davian tiba-tiba membuat Marsha teringat akan kejadian kemarin.

"Kenapa? Kok keliatannya kamu gugup?"

Marsha terkesiap sejenak mendengarnya, apakah ia terlalu ketara?

"Perasaan kamu aja kali, aku nggak gugup kok," Marsha lalu tertawa canggung setelahnya, aduh kenapa situasinya jadi canggung begini, sih?

Davian mengangguk kecil mendengarnya, lagipula ia tak mau ambil pusing dengan balasan Marsha. Sesaat kemudian tak ada percakapan diantara mereka, Davian fokus pada buku yang dibacanya, begitu pula dengan Marsha yang berusaha fokus pada lembaran kertas didepannya.

"Algio," panggil Marsha, Davian pun mendongakkan kepalanya, menatap penuh tanya ke arah gadis di depannya.

"Iya?"

Marsha menegakkan duduknya, mengamati keadaan sekitar guna memastikan jika tak ada orang lain yang mendengar kan pembicaraan mereka. Setelah dirasa aman, Marsha pun sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Kamu, kemarin ka-kabur dari sekolah, kan?" tanya Marsha sedikit ragu.

Akhirnya pertanyaan itu tersampaikan juga, mulutnya benar-benar gatal untuk menanyakan kebenaran dari peristiwa yang mengganggu pikirannya sejak kemarin.

Davian memiringkan kepalanya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Marsha. Sebuah senyuman tipis muncul dibibir Davian kala melihat raut wajah Marsha, jadi gadis itu benar-benar penasaran rupanya. Tiba-tiba sebuah ide melintas di otaknya, sepertinya bermain-main sedikit dengan Marsha tidak masalah kan?

"Iya," balas Davian apa adanya.

"IYA?!" pekik Marsha dengan kedua mata membesar serta mulut yang membentuk huruf o. Sedangkan Davian terkekeh geli melihat reaksi berlebihan yang diberikan gadis didepannya itu.

"Tolong kecilkan suaranya. Kalau masih ingin membuat keributan, silahkan keluar!"

Marsha langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan mendengar interupsi tersebut. Astaga, bisa-bisanya ia kelepasan berteriak di perpustakaan. Marsha kembali menatap Davian dengan pandangan tak percaya, jadi pria itu benar-benar kabur dari sekolah kemarin?

"Ada apa?" tanya Davian mendapati tatapan Marsha yang ditujukan padanya.

"Jadi, aku kemarin nggak salah lihat?" tanya Marsha tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Davian tersenyum kecil lalu mengangguk setelahnya. Marsha lantas memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

"Kok bisa sih?" tanya Marsha kemudian.

JUST D [Who Are You?] [END]Where stories live. Discover now