13. Dismiss the Facts.

3.8K 646 45
                                    

Halo, guys!

Sebelum baca, aku mau bilang makasih buat kalian yang udah sempatin waktu buat baca cerita ini, pokoknya makasih banyak.

Semoga kalian selalu sehat sampai pandemi ini berakhir, ya.

Okay, happy reading :)

***

Marsha dan Kanaya berjalan santai di koridor sekolah yang masih tampak sepi. Mereka asik bercanda gurau, sesekali tertawa ketika merasa sesuatu yang di bicarakan lucu. Namun, langkah keduanya terhenti didepan pintu kelas saat mendapati orang yang beberapa hari belakangan ini tidak ada kabar sama sekali tengah duduk nyaman di kursi, di temani dengan sebuah buku ditangannya.

Merasa tengah diperhatikan, Jessyca mendongakkan kepalanya dan mendapati kedua temannya tengah menatap kearahnya.

"Hai?" Dengan canggung Jessyca melambaikan tangan pada kedua temannya yang masih berdiri didepan pintu.

"Hai?" Marsha mendengus sebal lalu berjalan menghampiri Jessyca, diikuti dengan Kanaya dibelakangnya.

"Kemana aja lo, dua hari ini? Kok nggak ada kabar sih?" tanya Kanaya setelah duduk di kursinya yang bersebelahan dengan Marsha.

Jessyca meletakan buku yang dibacanya di atas meja lalu menatap Kanaya, sepertinya ia harus memberikan penjelasan tentang dirinya yang menghilang selama beberapa hari.

"Waktu itu bi Lasti bilang sama gue kalau penyakit anaknya kambuh, jadi gue buru-buru ngantar bi Lasti pulang kampung, terus sekalian nginap sehari disana. Sorry karena nggak ngabarin kalian, soalnya gue lupa, terus disana juga nggak ada signal," jelas Jessyca dengan raut wajah menyesal.

"Lain kali jangan lupa kasih kabar dong, kalau kayak kemarin kan kita jadi khawatir," ujar Marsha yang membuat Jessyca bertambah menyesal karena telah membuat kedua temannya khawatir.

"Iya gue janji deh, maafin gue ya," tutur Jessyca dengan suara imut yang membuat Marsha maupun Kanaya geli mendengarnya.

"Oke, permintaan maaf diterima. Tapi dengan syarat, lo harus traktir kita di cafe langganan, deal?"

Raut muka Jessyca yang semula sumringah langsung berubah masam mendengar ucapan Kanaya. Memangnya Jessyca bisa apa? Tentu saja ia hanya bisa pasrah dan menganggukan kepalanya, ia harus merelakan isi dompetnya terkuras hari ini. Kedua temannya itu sangat bersemangat jika berurusan dengan makanan.

"Oke, deal."

Marsha dan Kanaya tersenyum lebar lalu ber tos ria, seolah-olah telah berhasil memenangkan undian. Mengabaikan Jessyca yang hanya menatap keduanya dengan raut wajah datar.

"Lo baca buku apa, Jess?" Marsha mengambil buku yang Jessyca diletakkan diatas meja lalu mengernyit saat membukannya, isinya penuh dengan tulisan serta beberapa huruf asing.

"Sejarah negara China," balas Jessyca yang membuat Marsha menatap penuh tanya ke arahnya.

"Ngapain baca buku kayak gini?" tanya Marsha dengan nada keheranan, tumben sekali temannya yang satu ini membaca buku, apalagi buku tentang sejarah. Oke, Jessyca memang menguasai hampir di setiap mata pelajaran, tapi tidak dengan pelajaran sejarah. Boro-boro baca sejarah negara orang lain, waktu pelajaran sejarah negaranya sendiri saja anak itu tidur di kelas.

"Kemarin gue habis nonton film China, ceritanya tentang kerajaan gitu. Terus gue penasaran sama sejarahnya, ya udah gue beli buku ini. Kenapa? Mau pinjam?" tanya Jessyca yang dibalas gelengan kasar oleh Marsha. Yang benar saja Marsha disuruh baca buku beginian, bisa-bisa ia gumoh ditempat.

JUST D [Who Are You?] [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon