21. Percakapan Teman Lama.

2.9K 535 17
                                    

Hendry membuka kedua matanya kala merasakan sinar matahari yang menusuk matanya, ia mengerjapkan matanya sejenak lalu mengedarkan pandangannya, hanya ada pohon-pohon besar nan tinggi di sekelilingnya. Ah, Hendry baru ingat jika semalam ia tersesat di dalam hutan saat acara penjelajahan.

Hendry menolehkan kepalanya kesamping, menemukan Davian yang tengah tertidur dengan tas yang dijadikan sebagai bantal. Hendry beberapa kali mencoba memanggil Davian, namun pria itu tak kunjung membuka matanya. Hah, bahkan dalam keadaan tersesat pun anak itu masih bisa tidur dengan nyenyak, luar biasa sekali.

Hendry kembali diam ditempatnya, ia menerawang ke belakang disaat ia masih bisa tertawa bahagia bersama ketiga temannya. Walaupun kedua orang tuannya sama sekali tidak memperdulikannya ia tidak masalah, hal yang paling penting dihidupnya adalah ketiga temannya, setidaknya itulah yang ia pikirkan dulu sebelum segalanya berubah.

Ah sial, sekarang Hendry harus merasakan sesak dadanya lagi, air matanya bahkan hampir menetes jika saja ia tidak mendongakkan kepala. Oh ayolah, Hendry bukan orang cengeng yang akan menangis hanya karena masalah seperti ini, lagipula dia ini pria, mana mungin ia akan menangis.

Lebih baik ia memikirkan cara bagaimana ia bisa keluar dari hutan ini. Namun kenyataan kembali menamparnya, jangankan mencari jalan keluar, berdiri saja ia tidak bisa. Hendry melirik lukanya yang dililit kain itu dengan pandangan sendu, lalu sedetik kemudian menggelengkan kepalanya dengan kuat. Hendry menumpukan sebelah tangannya pada tanah lalu sebelahnya lagi pada pohon besar yang semalam ia gunakan untuk bersandar, mencoba mengangkat tubuhnya namun gagal, berkali-kali ia mencoba berdiri maka berkali-kali pula ia akan jatuh dengan posisi yang sama. Tak membuahkan hasil apapun, yang ada ia merasakan kakinya bertambah sakit.

"Bagus, gue tersesat di hutan belantara, terperosok ke dalam sumur tua, dan sekarang gue merasa seperti bayi karena nggak bisa berdiri. Hah, sial," umpat Hendry entah pada siapa, ia kembali menolehkan kepalanya kesamping lalu mendengus kasar saat mendapati satu-satunya orang yang bisa diajaknya berbicara masih tertidur dengan pulas. Andai saja Hendry bisa berdiri, ia pasti akan mendang kepala Davian dengan kuat agar pria itu terbangun dari tidur matinya.

"Oh!" seru Hendry saat perutnya berbunyi dengan keras. Bagus sekali, sekarang ia juga kelaparan.

Hendry mengedarkan pandangannya ke samping, mengambil sebuah ranting panjang didekatnya dengan susah payah lalu dengan sengaja ia pukulkan kepada Davian berulang kali, hingga pria itu mengumpat karena ranting itu seperti cambuk yang mengantam tubuhnya berkali-kali.

"Anjing, apa-apaan sih lo?" tanya Davian pada Hendry yang tengah memasang wajah datar, lalu tak lama kemudian Hendry bersuara.

"Lo sama gue harus cari jalan keluar dari sini."

Apa Davian tidak salah dengar? Bahkan kalimat yang di lontarkan Hendry terdengar seperti perintah di telingannya. Dengan mata yang masih menahan kantuk, Davian kembali merebahkan tubuhnya diatas tanah. Entah mengapa Davian merasa tidurnya sangat nyenyak walaupun hanya tidur beralaskan tanah tanpa kasur bahkan selimut sekalipun. Davian tak peduli, yang terpenting ia kembali tidur, matanya benar-benar terasa berat. Sedangkan Hendry menatap tak percaya pada Davian yang kembali merebahkan tubuhnya, luar biasa sekali manusia satu ini.

Davian mendengar suara ringisan berulang kali dari sampingnya, ia menggeram sebentar lalu mengangkat kepalanya guna melihat apa yang dilakukan Hendry disana. Davian langsung membulatkan matanya saat melihat Hendry yang kembali meringis kesakitan karena mencoba berdiri, yang tentu saja gagal, apa anak itu sudah tidak waras? Kakinya yang dibalut kain bahkan kembali mengeluarkan darah karena terlalu sering dipaksakan untuk berdiri. Davian mengela napas kasar, lalu dengan sangat terpaksa merelakan niatan untuk melanjutkan tidurnya, ia perlu menolong bocah bodoh di sampingnya ini.

JUST D [Who Are You?] [END]Where stories live. Discover now