24. Jadi Ternyata Kamu?

3.1K 557 68
                                    

Bi Siti, asisten rumah tangga Hendry melangkahkan kakinya menuju kamar tuan mudanya ketika mendengar suara gaduh dari dalam sana.

Tok tok tok

Beberapa kali bi Siti mengetuk kamar Hendry namun tak mendapatkan jawaban apapun, yang terdengar hanya suara beberapa barang yang terjatuh, membuat bi Siti semakin khawatir. Ia khawatir jika tuan mudanya mengamuk lagi hingga membahayakan dirinya, seperti beberapa tahun yang lalu.

Maka dari itu, dengan ragu-ragu bi Siti membuka kamar tuan mudanya yang kebetulan sekali tidak di kunci.

"Astagfirullah, den Hendry kamarnya kenapa di berantakin?!" seru bi Siti yang terkejut saat mendapati kamar tuan mudanya, sebenarnya lebih cocok disebut kapal pecah dibandingkan kamar tidur yang digunakan untuk beristirahat. Seprai kasur yang tak lagi terpasang ditempatnya, selimut yang entah kemana, lemari yang terbuka lebar serta baju-baju yang berserakan di lantai, dan entahlah ia tidak bisa menjelaskan lebih lanjut.

Sedangkan si pelaku, hanya tersenyum mendapati mendapati asisten rumah tangganya berdiri dengan raut wajah terkejut yang sangat ketara. Tanpa membalas apapun Hendry kembali meneruskan aktifitasnya, mengobrak-abrik isi kamar bernuansa biru tua-nya dengan brutal.

"Bibi pernah lihat -" perkataan Hendry ia hentikan sendiri saat kedua netranya menangkap sebuah kotak biru yang berada di sudut laci bawahnya.

"Oh, yes! Ketemu!" Hendry memekik kegirangan saat menemukan barang yang sejak tadi di carinya. Dengan terburu-buru, Hendry segera mengambil jaketnya dan langsung berlari keluar kamar, ia bahkan hampir menabrak bi Siti yang berdiri di depan pintu karena saking semangatnya.

"Astagfirullah den, hati-hati nanti jatuh!" peringat bi Siti melihat tuan mudanya yang terlihat sangat bersemangat. Hendry bahkan tak mau repot-repot menuruni anak tangga satu persatu, melainkan merosot pada pegangan tangga sampai di lantai bawah.

"Bibi, tolong beresin kamar Hendry ya! Hendry mau keluar dulu, soalnya ada urusan penting! Makasih ya!" seru Hendry dari lantai bawah, bi Siti hanya menggelengkan kepala melihatnya. Ia merasa heran dan senang secara bersamaan, entah kapan terakhir kali ia melihat tuan mudanya seceria itu. Tuan mudanya bahkan menyebut dirinya 'Hendry' dengan nada ceria, bukan 'gue' seperti biasanya.

Entah apa atau siapapun yang membuat tuan mudanya kembali tersenyum selebar itu, ia sangat berterima kasih padanya.

***

"Ada sih kak, tapi harganya lumayan. Mendingan beli yang baru aja, soalnya harganya hampir sama," ujar penjaga toko kala memperhatikan jam tangan yang di bawa seorang pemuda dengan kaca yang pecah.

"Nggak usah, ganti aja kacanya, sekalian sama baterainya di ganti juga," kata Hendry, penjaga toko tersebut menganggukkan kepalanya lalu beranjak untuk memperbaiki jam tangannya.

"Ya sudah, kalau begitu tunggu sebentar ya, kak."

Hendry menganggukkan kepalanya lalu mendudukkan diri di kursi tinggi yang berada di sampingnya.

Ya, tadi malam Hendry telah memutuskan untuk memperbaiki hubungan pertemanannya, ia merasa sudah cukup untuk main-mainnya. Seperti yang di katakan Bara kemarin, mereka sudah dewasa dan sudah saatnya untuk menyelesaikan masalahnya secara baik-baik.

'Semoga ini keputusan yang tepat,' batin Hendry.

***

Ergi memutar tubuhnya, menatap Marsha dengan senyum yang masih terulas di bibirnya "lo nggak pengen tahu siapa dia?"

Marsha mengerutkan keningnya sesaat lalu menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Tentu aja, gue pengen tahu siapa dia," balas Marsha yang di sambut dengan senyum kecil yang terbit dibibir Ergi.

JUST D [Who Are You?] [END]Where stories live. Discover now