12. Toxic Hendry.

3.7K 625 58
                                    

"Apa kabar.... Mantan teman?" ujar Hendry tanpa melunturkan senyum di bibirnya.

Sontak ruangan yang berisikan banyak orang disana langsung sunyi, Davian menarik dua sudut bibirnya hingga sebuah senyum manis terbit di bibirnya. Ya, senyum yang tampak sangat manis namun jika diperhatikan lamat-lamat merupakan senyum yang mengerikan.

Davian menganggukkan kepalanya dengan perlahan lalu tanpa aba-aba menerjang tubuh Hendry dengan sebuah pukulan keras. Hendry tak sempat mengelak, ia hanya bisa pasrah saat Davian menghajar dirinya habis-habisan, ia memang tidak berniat untuk melawan ataupun memberontak. Lagipula pasti akan sia-sia jika dirinya melawan Davian yang sedang emosi, Hendry sadar jika dirinya tak ada apa-apanya dengan Davian, ia bukan tandingan Davian.

Anak Danger hendak menghentikan aksi Davian melihat pemimpin mereka yang hanya diam saat dihajar, namun lagi-lagi Hendry melarangnya dan menghentikan pergerakan mereka.

"Jangan ada yang maju selangkah pu- Agghhh!" Hendry berseru dengan serak, ia tak membiarkan satu orangpun menghalangi Davian yang tengah melampiaskan emosinya.

Hendry yang berada dibawah kungkungan tubuh Davian hanya diam menatap pria di atasnya yang terlihat bernafsu menghabisinya. Kedua mata Davian memancarkan kilat amarah yang begitu besar, pria itu bangkit dari atas tubuh Hendry lalu menarik kuat kerah bajunya hingga Hendry berdiri sempoyongan dengan wajah penuh lebam serta darah yang mengalir dari hidungnya. Hendry merasa tubuhnya benar-benar remuk, ia mungkin tidak bisa berdiri jika saja Davian tidak mencengkeram kuat kerah jaketnya.

Hendry mendesis pelan menahan sakit di sekujur tubuhnya, pukulan Davian memang tidak main-main, ia yakin bahwa setidaknya ada satu atau dua tulang yang bergeser dari tempatnya atau yang lebih parah lagi tulangnya patah. Hendry mendongakkan wajahnya dan terkekeh pelan mendapati Davian yang terengah-engah dengan tangan yang mencengkeram kuat kerah jaketnya hingga buku-buku jarinya memutih.

"Udah? Segitu aja?" tanya Hendry dengan nada mengejek membuat Davian semakin mengeratkan cengkraman pada kerah jaketnya hingga Hendry merasa tercekik.

"Keluarin semuanya, lo nggak perlu nahan emosi lo," lanjut Hendry.

"Benar-benar bajingan!" Davian menggeram rendah seperti singa, membuat seisi ruangan itu bergidik ngeri. Namun lain lagi dengan Hendry, pria itu tertawa kecil seolah-olah kalimat yang dilontarkan Davian padanya adalah sebuah pujian.

"Berapa kali gue bilang! Lo cuma punya masalah sama gue! Jangan pernah bawa orang lain karena mereka nggak ada sangkut pautnya sama urusan kita, berengsek!" Davian berucap dengan suara bergetar menahan emosi, jika saja Davian tidak ingat bahwa Hendry pernah menjadi temannya, ia pasti sudah membawa Hendry bertemu dengan malaikat maut.

"Gue nggak peduli."

Emosi Davian kembali tersulut mendengar perkataan Hendry, ia kembali memberikan pukulan keras dipelipis Hendry hingga membuat pria itu tersungkur dilantai.

"Adik lo meninggal bukan karena gue, bangsat! Dia bunuh diri karena dia sendiri yang pengen mati!" teriak Davian dengan lantang.

"Mila bunuh diri karena lo permaluin dia, bajingan! Kalau lo nggak suka sama adik gue, lo nggak perlu permaluin dia didepan umum, lo cukup tolak dia. Dan dengan begitu Mila masih hidup sekarang!" teriak Hendry tak kalah lantangnya, membuat Davian dan semua yang berada didalam ruangan diam mendengarnya.

JUST D [Who Are You?] [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora