3. Hari Menyebalkan

1.1K 105 3
                                    


Selamat membaca 😄

-oOo-

Untuk hari ini Ameeza sedikit bersyukur bisa terbebas dari fans gila kedua kakaknya dan sepupu-sepupunya. Semua itu berkat bantuan dari Melva. Meski awalnya Ameeza tak yakin Melva bisa menyingkirkan fans fanatik saudaranya itu, mengingat yang Ameeza tahu Melva anaknya lebay dan terlihat cengeng. Tapi ternyata dugaannya salah, ternyata Melva bisa juga seperti singa, dengan sekali bentakan fans fanatik kedua kakaknya dan sepupu-sepupunya itu langsung kicep.

"Lo gak sakit gigi? Entar kalau sakit gigi gimana? Kasian, jangan makan makanan manis banyak-banyak, yah," ujar Melva dengan wajah khawatir.

Mendengar itu Ameeza tetap tidak menghentikan kegiatannya menikmati ice cream cokelat. Dan jangan lupakan beberapa permen yang berserakan di atas meja kantin.

Melva meraup permen yang berserakan di atas meja. Lalu ia masukan ke dalam plastik hitam yang kebetulan bekas Ameeza membungkus jajanannya tadi.

Malas mengoceh panjang. Ameeza memilih opsi untuk berdehem. Membuat Melva yang sibuk memasukan setumpuk permen di atas meja terhenti. Ameeza memang diam, tapi Melva mengerti dengan sorot matanya yang seolah berkata 'Lo siapa berani larang-larang gue'

Tatapan Ameeza memang sangat ampuh untuk membuat Melva tidak berkutik. Ia meletakan plastik hitam berisi permen itu ke atas meja. Daripada mengurusi Ameeza, lebih baik Melva melanjutkan makan siomaynya yang masih sisa setengah.

Usai menghabiskan ice cream cokelat dan beberapa permen. Ameeza beranjak dari duduknya. "Thanks."

Melva mengangguk. Ia melirik ke arah plastik hitam yang ada di atas meja. "Amy."

Ameeza berbalik disertai alis kanannya naik, seolah bertanya 'ada apa?'

"Permen lo."

"Buat lo."

Tanpa mendengar lebih dulu respon dari Melva, kaki Ameeza melangkah menjauhi kantin. Walaupun begitu Melva merasa senang. Meski Ameeza berkata dengan wajah cuek.

Masih ada waktu kurang dari lima menit untuk istirahat. Ameeza menyusuri koridor untuk kembali ke kelasnya daripada menonton pertandingan basket di lapangan.

Ameeza cuek saja melewati koridor yang tepat bersebelahan dengan lapangan outdoor basket. Ia mengemut sisa permen yang ada di mulutnya.

Entah dari mana asalnya, tiba-tiba segerombol laki-laki sudah berjejer di tepi koridor. Mereka meneriaki nama Ameeza beberapa kali membuat Ameeza kesal. Walau kesal Ameeza berusaha tidak menunjukan wajah kesalnya. Ia hanya menunjukan wajah datar tanpa ekspresi seperti biasa. Alhasil beberapa anak laki-laki yang berjejer di tepi koridor mendengus kecewa karena tak mendapat respon apapun dari Ameeza.

Ameeza sampai di kelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Ia berdiri dari duduknya saat Melva ingin duduk dibangkuannya yang kebetulan berada di pojok. Setelah Melva duduk, Ameeza pun ikutan duduk.

Sudah lima belas menit berlalu tak ada tanda-tanda guru yang masuk untuk mengajar. Dan berakhirlah dengan keadaan kelas yang sudah seperti pasar. Bagi Ameeza semua obrolan-obrolan tak berfaedah anak-anak di kelasnya terutama anak perempuan sudah seperti dengungan lebah. Membuat pening kepalanya saja.

Tak berselang lama kegaduhan itu terhenti saat ada seseorang mengetuk pintu di sertai dengan ucapan salam. Pandangan anak kelas X MIPA 2 terpusat ke depan. Lebih tepatnya pada laki-laki berparas tampan yang berdiri di depan yang di dampingi oleh salah seorang perempuan.

"Minta perhatiannya sebentar, yah," kata Angga tak lupa dengan senyuman ramahnya yang justru membuat siswi di kelasnya meleleh. Terkecuali Ameeza.

"Kakak di sini mau mendata siapa saja yang ingin bergabung menjadi anggota OSIS. Sekaligus kakak akan menjelaskan eskul apa saja yang ada di SMA Antares," terang Izzi berusaha bertutur kata ramah. Namun, bagi Ameeza wajah kakak keduanya itu tetap saja judes.

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now