26. Dugaan

274 36 2
                                    

-oOo-

Hari ini Ameeza memilih berangkat sekolah sendiri menggunakan sepeda. Padahal Bahar sudah mencabut hukumannya itu. Tapi, entah kenapa saat ini Ameeza tidak mood membawa mobil. Ia hanya ingin membawa sepeda, mungkin karena pikirannya sedang ruet.

Tak terasa sudah seminggu Ameeza tak lagi bersinggungan dengan Erga. Tentu saja Ameeza peka dengan apa yang terjadi. Semenjak ketahuan membeli perban dan plester banyak, Erga benar-benar menjauhinya. Sebenarnya Ameeza ingin sekali membuang sejenak kekhawatirannya terhadap kondisi Erga. Tapi, sial! Kenapa kepalanya tidak bisa diajak kompromi.

Jika saja Ameeza bisa mengatur atau membatasi pikirannya sudah pasti ia lakukan sejak awal. Tapi, mengontrol pikiran sendiri kadang sesusah itu.

Kaki Ameeza yang semula berjalan tak tentu arah karena pikirannya yang masih berkelana ke sana ke mari, akhirnya berhenti di area loker kelas X.

Bola mata Ameeza melotot kaget melihat pemandangan yang tersaji tepat di depan lokernya. Di sana Aludra sedang bersusah payah mendobrak loker milik Ameeza. Si ketua eskul karate itu terus memaksa, menarik-narik pegangan loker sekuat tenaga.

"Hoy!" tegur Ameeza membuat atensi Aludra teralihkan.

"Lo ngapain, Kak?"

"Mau bobol loker lo! Udah semingguan lo gak buka loker. Jadi, gue inisiatif buat buka sendiri," jelas Aludra dengan senyuman. Perempuan itu merapikan ikatan rambutnya dan merapikan seragamnya.

"Al! Gimana? Bisa?" tanya Avior tiba-tiba muncul macam setan.

Ameeza mendelik. Namun tatapan itu dibalas Avior dengan tatapan tajam. "Apa?!"

Ameeza mendecih. Kesal dengan sikap sepupunya itu.

"Gak bisa, nih. Padahal gue udah coba buat narik paksa pegangannya," keluh Aludra lesu.

Avior mendekat lantas menjitak kepala Aludra. Perempuan itu mengaduh kesakitan menyorot Avior tajam. "Kelakuan lo bar-bar amat, dah." Avior berkacak pinggang. Memiringkan kepalanya tak habis pikir. Ia menyentuh pelipisnya. "Kali-kali tuh, yah kalau mau ngelakuin sesuatu dipikir pake otak. Bisa-bisanya lo mau ngebobol loker. Padahal ada cara yang lebih simple."

Aludra Memandang Avior kesal. "Apa?"

Avior berbalik. Memandang Ameeza yang masih terdiam tak jauh dari tempatnya berdiri. "My, pinjem kunci loker."

Ameeza merogoh tasnya, mengambil kunci loker lantas melemparkannya pada Avior. Laki-laki itu menangkapnya, lalu menyingkirkan Aludra yang berdiri di depan loker Ameeza.

"ISH! PELAN-PELAN DONG BUKA LOKERNYA!!" jerit Aludra sembari memukul-mukul Avior kesal.

"Yah gue mana tahu kalau hadiahnya bakal amburadul kayak gini!" protes Avior tak terima.

"Pikir, dong pake otak! Dalam jangka seminggu udah pasti banyaklah!"

Perdebatan antara Aludra dan Avior tak berhenti. Bahkan sampai melewati beberapa kelas suara perdebatan antara Aludra dan Avior masih terdengar. Walau suaranya sudah semakin tak terdengar akibat jarak.

Ameeza sampai di kelasnya bertepatan dengan Melva yang juga menatapnya. Ameeza duduk di kursi, menopang dagu, kemudian menatap teman-teman sekelasnya yang asik dengan kegiatan masing-masing.

"Ada masalah apa?" tanya Melva tanpa melepaskan pandangannya pada HP.

Ameeza tak menjawab. Perempuan yang hari ini menguncir rambutnya itu hanya menghela napas pelan. Dia menyalakan data, lantas memainkan media sosialnya. Walau pada akhirnya Ameeza hanya scroll beranda saja.

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now