1. SMA Antares

3.6K 197 8
                                    

Fyi, ini cerita lama yang aku rombak ulang, jadi ini new version. Walau gak banyak, pasti ada beberapa scene yang aku ubah dan hapus.

Happy reading 🤗

-oOo-

Malam ini di meja makan keluarga Bahar hanya terdengar suara denting sendok yang beradu dengan piring. Ameeza diam-diam melirik ke arah Bahar-ayahnya dan Eliska-mamanya. Ia penasaran dengan satu hal. Tapi, Ameeza enggan mengungkapkan maksudnya.

"Lo kenapa, sih," sewot Izzi diiringi dengan sendok yang sengaja dihentak ke piring. Matanya menatap Ameeza tajam. Dari dulu Izzi sangat tak suka dengan sikap Ameeza yang sok dingin, dan sok tidak peduli.

Bahar sejenak berhenti makan. Tatapannya menghunus ke arah Izzi sampai cewek itu tertunduk dan kembali melanjutkan makannya. Seakan hanya dengan tatapan saja Izzi tahu bahwa Bahar sedang memperingati tindakannya yang mengacau acara makan malam hari ini.

Usai menghabiskan makan malamnya, Bahar berdehem membuat semua mata tertuju padanya. "Ayah sudah mendaftarkan kamu ke SMA Antares," tegas Bahar.

Ameeza yang masih belum selesai makan mendadak menghentikan aktivitasnya. Sorot matanya yang sarat akan protesan mengarah pada Bahar yang dibalas sang ayah dengan menatap balik anak bungsunya.

"Bukan tanpa sebab ayah mendaftarkan kamu ke SMA Antares." Bahar menatap Ameeza yang sibuk mencabik-cabik telur rebus dipiringnya. "Supaya ayah bisa memantau kamu. Dari dulu kamu gak pernah patuh dengan aturan sekolah. Kamu ingat, dulu ayah pernah menuruti semua keinginan kamu. Tapi, kenyataannya kamu justru menghancurkan harapan ayah. Kamu tahu, saat itu ayah merasa jadi orang tua yang gagal."

"Kali ini saja, tolong jangan bertindak macam-macam. Kamu mengerti 'kan, Sayang," kata Eliska dengan tatapan lembutnya berharap sang anak mengerti.

Ameeza mendorong kursinya ke belakang menimbulkan suara derit yang cukup nyaring ditengah situasi yang sepi di ruang makan. Tindakan tersebut tak luput dari pandangan Bahar, Eliska dan Angga-kakak pertama Ameeza. Lain halnya dengan Izzi-kakak kedua Ameeza, dia satu-satunya orang yang tidak peduli dengan tindakan Ameeza.

Ameeza berlalu pergi menuju kamarnya. Begitu sampai, perempuan itu merebahkan dirinya di kasur. Menatap langit-langit kamar. Kemudian bangkit dari tidur dan memilih duduk di tengah-tengah kasur. Matanya menjelajahi tiap-tiap detail dari kamarnya.

Tidak ada yang spesial dari kamar Ameeza. Kamar dengan cat putih abu tanpa hiasan apapun. Di kamarnya hanya ada meja belajar, lemari baju, lemari khusus cat, kasur, nakas dan TV.

Tidak seperti kebanyakan anak perempuan yang suka dengan warna merah muda atau ungu. Atau lebih suka menghias kamar dengan segala macam pernak-pernik. Ameeza justru orang yang tidak suka warna feminim dan dekorasi yang ribet.

Ameeza menghela napas panjang. Memilih merebahkan diri daripada memikirkan di mana ia bersekolah besok. Namun, Ameeza berharap semoga saja bukan SMA Antares milik ayahnya. Ameeza berharap keputusan ayahnya akan berubah.

Perlahan kedua mata Ameeza terpejam. Entah sudah berapa lama ia tertidur. Yang pasti ia merasa baru saja tidur sekejap saat ada sebuah tangan yang membangunkannya.

"HAPPY BIRTHDAY!!" teriakan bervolume tidak kecil itu sukses membuat mata Ameeza melek sepenuhnya.

Tatapan Ameeza datar. Kian dingin pula ketika melihat hanya Izin satu-satunya orang yang tampak ogah-ogahan. Atau lebih tepatnya seperti tak sudi merayakan hari ulang tahun Ameeza.

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now