28. Kamu Butuh Seseorang

291 38 8
                                    

-oOo-


Om Sidik
Tunggu di dalam rumah aja, yah. Om mau nyelesain pekerjaan dulu. Ini masih ada satu lagi yang mau konsultasi.

Me
Siap, Om.

Ameeza menarik tangan Erga memasuki rumah Om Sidik. Begitu mengucap salam dan membuka pintu, Ameeza disambut ramah oleh Bibi Cinta-adiknya Eliska.

Ameeza sempat ditawari minum. Ameeza hanya menggeleng. Lalu Erga pun sama.

Ameeza menatap sekeliling interior dalam rumah. Sebelum akhirnya pandangannya terpusat pada Erga yang sibuk diam. Entah sedang memikirkan apa.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tak berselang lama sosok Om Sidik muncul, dia tersenyum ke arah Ameeza dan Erga. "Yuk di lantai atas aja."

Ameeza menyenggol tangan Erga yang tak kunjung beranjak. Mungkin laki-laki itu masih bingung. Kenapa dia harus ke sini?

"Kamu tunggu di sini aja, yah, My."
Ameeza membalas dengan anggukan.

-oOo-

Ketika Erga dan Om Sidik saling berhadapan di sofa yang ada di ruang kerjanya, Om Sidik lebih dulu menatap Erga dengan senyum tipis. Agaknya Om Sidik sudah tahu Erga tipikal orang yang benar-benar sangat tertutup.

"Memang kenapa saya harus bicara sama, Om?" tanya Erga akhirnya.

Sejenak Om Sidik hanya tersenyum-senyum. Ia sekarang faham. Sepertinya Ameeza memang tidak menjelaskan lebih dulu alasan mengajak temannya ini.

"Mungkin kamu butuh teman cerita? Saya bisa dengerin kamu," tutur Om Sidik lembut.

Erga tampak terkejut. Sebelum kemudian laki-laki itu menundukkan kepalanya.

"Ouh, iya sebelumnya kalau boleh tahu nama kamu?"

Erga mendongak. "Erga."

Om Sidik masih menampilkan senyumnya. Ia sedang berpikir bagaimana caranya agar membuat Erga mau bercerita tanpa ada unsur paksaan. Ia tahu, dilihat dari gelagat Erga, laki-laki itu sepertinya orang yang benar-benar tertutup. Bahkan punya teman pun tidak. Om Sidik menduga Erga sepertinya punya masa lalu yang cukup kelam dan sangat menyakitkan untuk diingat.

Hening selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Om Sidik bersuara, "Barangkali kamu mau cerita, tentang apa aja. Mungkin ... ada hal yang mengganjal di hati. Tapi, kamu gak tahu apa itu."

Erga terdiam. Belum mau mengucapkan sepatah kata pun. Om Sidik faham Erga masih ragu untuk bercerita.

Om Sidik beranjak dari tempat duduk membuat Erga mendongak. Om Sidik berjalan menuju dispenser yang ada di pojok ruangan. Ia mengambil gelas yang ada di rak dekat dispenser.

Ketika sedang mengisi air minum. Om Sidik berbicara lagi. "Kalau kamu ragu untuk bercerita ... saya gak memaksa."

Setelah mengisi dua gelas air minum. Om Sidik kembali ke sofa. Meletakkan dua gelas air putih itu di atas meja. Om Sidik menatap Erga lembut. "Kadang seseorang butuh tempat bercerita. Sekuat apapun orang itu ... dia pasti akan ada di titik lelah. Di titik dimana orang itu seakan gak sanggup menanggung beban hidupnya." Om Sidik menatap Erga yang tampak menyimak. "Kita bisa berbagi, jangan ngerasa sendiri. Karena gak semua orang punya sifat jahat. Pasti ada orang baik. Kita hanya perlu memilah."

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now