21. Surat

378 50 2
                                    

-oOo-

Suara decit yang ditimbulkan oleh gesekan antara sepatu dan lapangan indoor bulu tangkis membuat ngilu beberapa anak-anak yang tergabung dalam eskul bulu tangkis. Ada yang benar-benar memperhatikan pertandingan sengit ini, ada yang sibuk mengobrol bahkan ada juga yang sibuk makan.

Permainan terhenti ketika suara dari jatuhnya sebuah raket. Pertandingan sengit ini usai. Dan hanya selisih dua poin. Ameeza melangkahkan kakinya mendekati Melva. Ia duduk dengan kaki diluruskan.

"Gimana?" tanya Melva. Ameeza tidak menyahut, ia sibuk meneguk air minumnya. Melva memberenggut karena tak mendapat jawaban. "Lo hebat main buku tangkis, kenapa gak gabung dari awal aja, sih? Kenapa milih Club Buku?"

Ameeza menatap lurus pada Erga yang juga sedang duduk bersama anak-anak lainnya. Sejenak mata Ameeza terpejam. Ia ingin memberikan sugesti pada diri sendiri agar tak lagi dekat atau sekadar mengurusi Erga. Amarah yang ia luapkan kemarin membuatnya tersadar, pertandingan tadi sangat sengit, tidak lebih tepatnya pertandingan tadi sangat dingin. Semacam perang dingin.

Jika saja Ameeza bisa memilih lawannya, ia tidak mungkin juga bertanding dengan Erga. Namun, karena pertandingan tadi di pilihkan Ameeza tidak kuasa menolak meski ia bisa saja mengancam dengan kekuasaan milik ayahnya. Yah, siapa juga yang tidak tahu Ameeza adalah anak dari pemilik SMA Antares? Tentu saja semua orang tahu. Hanya saja Ameeza tak ingin menggunakan kekuasaan seperti itu. Lagi pula pertandingan tadi sebagai bentuk latihan saja karena Ameeza merupakan anggota baru di eskul bulu tangkis. Dan memang seharusnya Ameeza bertanding dengan perempuan lagi, tapi Arian—ketua eskul bulu tangkis laki-laki menentang keputusan itu. Yah, awalnya keputusan itu sudah fiks dan disetujui oleh mayoritas anak-anak eskul bulu tangkis. Namun, yah entah kenapa keputusan itu akhirnya diganti. Ameeza rasa Arian tidak senang dengan kehadirannya. Entah itu hanya perasaannya saja.

Arian berteriak di tengah lapangan menyuruh semuanya berkumpul. Alhasil semuanya berkumpul secara tertib. Entah kenapa Ameeza merasa anak-anak eskul bulu tangkis begitu patuh pada perintah Arian. Yah, memang sih Arian adalah ketua. Tapi, tetap saja Ameeza merasa janggal.

Begitu sudah berkumpul Arian mulai berbicara panjang yang membuat Ameeza bosan mendengarnya. Usai pembicaraan panjang itu, diadakan pembagian kelompok. Tentu saja untuk kali ini kelompoknya campur.

Di tepi lapangan Ameeza sibuk menonton pertandingan. Yah, dia kebagian kelompok paling akhir. Bahkan ia tidak mengenal siapapun dikelompoknya. Melva? Perempuan itu berbeda kelompok dengannya. Dan yang lebih sial adalah Ameeza harus satu kelompok dengan Erga dan Arian.

Bosan menonton pertandingan, Ameeza memilih menarik tasnya yang tak jauh darinya. Mengambil HP, lantas memainkannya untuk membunuh kebosanan yang melanda.

Belum sempat Ameeza menggulir layar HP-nya untuk berselancar di sosial media, HP-nya sudah lebih dulu direbut oleh laki-laki di sampingnya. Dia Arian. Ameeza tidak menoleh atau minta HP-nya untuk dikembalikan. Dia hanya melirik sinis lewat ekor matanya. Sembari sesekali mendumel kesal.

"Lain kali jangan main HP! Fokus!" peringat Arian sembari melemparkan HP Ameeza. Beruntungnya HP itu mendarat tepat di atas tas Ameeza yang kebetulan tidak keras karena ada mukena di dalamnya.

Ameeza tak menyahut.

Setelah lama menonton, akhirnya giliran kelompok Ameeza bertanding. Saat awalan memang kelompok Ameeza memimpin. Namun, menjelang akhir kelompoknya mulai kewalahan. Serangan smash bertubi-tubi terus saja menghantamnya, berusaha merobohkan pertahanannya. Hingga puncaknya ketika Ameeza dan Erga saling bertubrukan bahu dan menyebabkan keduanya jatuh. Tentu saja kok tadi tidak tertangkap. Dan alhasil kelompok Ameeza kalah.

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now