31. Mengejar

276 36 15
                                    

-oOo-

Hari libur semester selama dua minggu tak membuat Ameeza tenang. Perempuan itu bahkan sering begadang. Entah kenapa dipikirannya hanya ada nama Erga. Laki-laki itu benar-benar membuat Ameeza kesal setengah mampus.

Kenapa sih dia ganggu gue terus?

Kenapa lo selalu ada dipikiran gue?!

Ameeza menghentakkan gelasnya ke meja. Menatap nanar ke depan kompor yang masih menyala. Suara air yang perlahan-lahan mendidih tak lagi terdengar oleh indra pendengar Ameeza.

PRANG!

"Sial!" umpat Ameeza karena tak sengaja menyenggol air mendidih di atas kompor sampai airnya menciprat ke kaki Ameeza. Beruntungnya perempuan itu mengenakan celana panjang dan segera menghindar. Jadi, kakinya tidak melepuh terkena air mendidih. Hanya terkena sedikit cipratan saja.

"Lo gak apa-apa?" tanya Angga khawatir. Sang kakak pertama yang masih mengenakan kaus pendek dan kolor itu bahkan langsung berjongkok untuk memeriksa kaki adiknya.

Belum sempat Angga memeriksa kaki Ameeza. Perempuan berambut cepol itu sudah lebih dulu menarik kakinya menjauh. "Gue gak apa-apa. Cuma kecipratan dikit."

Angga mengambil panci yang ada di lantai. Ia menaruhnya di wastafel. Laki-laki itu menarik tangan Ameeza ke sofa yang ada di ruang TV. Ameeza duduk diikuti oleh Angga.

"Serius gak apa-apa?"

"Gak apa-apa seriusan. Soalnya tadi gue ngehindar. Beruntung banget masih sempet ngehindar. Kalau gak kayaknya bakalan parah, deh. Bisa-bisa kulit kaki gue melepuh." Ameeza bergidik membayangkan bagaimana kakinya melepuh dan seberapa sakitnya.

Angga tersenyum lega. "Syukurlah."

Ameeza mengambil remote TV, lantas menyalakannya. Memindahkan saluran TV ke chanel kartun. Tak lupa ia juga mengambil toples berisi kue kering. Ia memangku toples itu dan mulai menikmati acara TV ditemani kue kering.

"Lo lagi mikirin apa sampe bisa kecelakaan kayak tadi?" Raut wajah Angga masih menyiratkan kekhawatiran. Ameeza masih diam, ia ingin menjawab tapi agak susah. Terlalu susah untuk menyusun kosa kata yang sempurna agar kebohongannya tertutupi.

Diam-diam Ameeza merasa bersalah. Walaupun ia sempat sakit hati pernah ditampar oleh Angga, Ameeza tahu kakak pertamanya itu sangat menyayanginya lebih dari apapun. Terlebih Anggalah yang paling perhatian padanya, yang paling peduli padanya. Jika dibandingkan dengan Izzi—kakak keduanya itu justru memiliki sikap kebalikan dari Angga. Dan Ameeza rasa Izzi tidak terlalu suka dan peduli padanya. Kakak keduanya itu lebih sering marah-marah dan nyolot.

"Adalah masalah pelajaran."

"Ouh, iya ya besok udah mulai sekolah."

Ameeza tersenyum samar. Beruntungnya Angga tak curiga.

"Jangan bohong."

Ameeza berhenti mengunyah. Ia menelan sisa kunyahannya perlahan. "Terserahlah kalau gak percaya," sahut Ameeza akhirnya.

Ameeza beranjak dari duduknya. Lantas pergi dari sana. Ia hanya ingin menghindari pertanyaan-pertanyaan dari Angga. Ameeza hanya takut dirinya kelepasan mengungkap apa yang tengah dipikirkannya. Perempuan itu sangat yakin jika Angga mengetahui permasalahannya, sudah dipastikan laki-laki itu akan turut ikut campur. Dan Ameeza tak suka itu.

Ameeza mengirim pesan pada Melva mengajaknya ketemuan di Cafe ElBa. Namun, perempuan itu katanya sedang ada urusan jadi tidak bisa bertemu.

Ameeza mengambil cardigan coklat di lemari. Tak lupa ia menyisir rambutnya, dan mengikatnya kuncir satu. Terakhir Ameeza memakai topi berwarna cokelat dengan tulisan Girl.

AMEEZA (New Version)Where stories live. Discover now