satu; alis

226 24 0
                                    

jamie sedang fokus melihat gambar macam-macam tindikan pada bingkai yang terpasang rapi di dinding kayu saat bel di atas pintu tattoo parlour itu berdenting halus.

tidak, tidak, jamie bukanlah si pemilik toko. justru ia seorang pelanggan yang sedang menunggu giliran. berdasarkan janji yang telah ia buat pada sesi konsultasi sebelumnya, ashley the piercer akan menindik alisnya siang ini.

setelah berbulan-bulan penuh pertimbangan, akhirnya jamie memutuskan untuk menindik alisnya--hanya karena menurutnya itu keren.

mata jamie beralih dari bingkai foto ke sosok yang baru saja memasuki toko. muka lelaki itu terlihat...hm, familiar, batinnya.

ia mengamati pemuda tersebut dari atas ke bawah lalu berhenti pada jaket yang dipakainya. 18 ferrouge, begitu tertulis bordir pada bagian dada kirinya.

sepertinya pandangan jamie terlalu melekat pada si jaket merah, sampai-sampai mereka berkontak mata. jamie tertunduk sungkan. pasti sekarang ia dianggap tidak sopan.

setelah melihat ke sekeliling, pria itu berdiri di sebelah jamie dan ikut melihat gambar-gambar pada dinding. tangannya ia masukan pada kantung jaket.

"apa kau mengenalku?"

jamie merasa sedikit gugup karena tiba-tiba diajak bicara oleh orang asing.

"enggak kok..."

"oh. bagus."

lalu keduanya terdiam.

"kau pernah tindik disini?" tanya lelaki itu lagi.

"tidak. ini kali pertamaku."

"wah. sama. kau tindik dimana--eh?" ucapan laki-laki itu terhenti. "-maaf kalau pertanyaanku tidak sopan."

tidak sopan? ohhh, mungkin dia takut kalau jawabanku pada bagian tubuh yang privat. "hahah. tenang saja. alis kok."

"wah...sama lagi."

"tindikan pertamamu?"

"iya, hari ini baru konsultasi. kau?"

"iya. eh-bukan tindikan pertama..." jamie meralat jawabannya karena tidak mungkin ia menceritakan hal random seperti "kakakku tidak sengaja menarik antingku sampai telingaku berdarah dan akhirnya aku memutuskan untuk membenci yang namanya anting. tapi aku suka tindikan. jadi aku menindik alisku," kepada orang asing sehingga jamie hanya bisa tersenyum kecil dan melanjutkan kalimatnya dengan basa-basi belaka, "... tapi aku sudah konsultasi."

"jadi kau tindik hari ini?"

"yep."

"kuucapkan selamat?"

jamie tertawa canggung. "terima kasih...kembali?"

"jeon, konsultasi. kau boleh ke ruang 2."

"oh itu aku-"

"oh..."

"aku duluan ya." pemuda itu tersenyum sekilas sebelum menghilang dari pandangan.

"oke!"

tak lama kemudian, jamie dipanggil.

dan saat ia keluar dari ruangan tindik, tidak tahu mengapa matanya otomatis mencari sosok berjaket merah.

tapi nihil.

si pemuda jeon sudah pulang- atau masih di ruang konsultasi. entah. jamie cuma penasaran dengan hasil konsultasinya. kalau memang benar dia jadi mengambil tindikan pada alis kan akan sangat lucu! mereka kembaran!! dan jamie bisa memamerkan tindikan barunya pada si jaket merah. itu saja.

"iya, itu saja," ucapnya kecil dibawah satu tarikan nafas selagi menarik pintu untuk keluar toko.

_moiety.

moiety • wonwooWhere stories live. Discover now