Bab 29. Landing on You

Start from the beginning
                                    

Sebenarnya, alasan lain ia tidak menyapa Lyodra dan terkesan cuek adalah karena ia akan pergi. Agar ia tidak terlalu kepikiran. Benar kutipan yang pernah ia baca di buku Dee Lestari. Kadang, untuk meninggalkan orang yang kita sayang, kita justru bikin dia sakit hati, agar saat kita pergi, kita nggak merasa terlalu kehiilangan.

"Kak Abe nggak mau peluk aku? For the last..today?"

Sebelum benar-benar pergi, Mirabeth meraih tubuh kecil Lyodra. Memeluknya erat untuk beberapa saat kemudian berbisik.

"Baik-baik di Jakarta."

***

TANGERANG diguyur hujan sepagi ini. Usai menunggui Mirabeth hingga hilang dari pandangan, Lyodra tidak langsung pulang karena malas dan di luar hujan cukup deras. Tetesan airnya dapat ia lihat dari jendela besar di sampingnya karena ia terjebak di salah satu kedai kopi disana, Ardent Coffe.

Ia memilih menunggu reda di sana karena viewnya bagus. Sambil menikmati matcha ekspresso dan truffle parmesan fries yang ia pesan tadi, ia dapat melihat jelas landasan terbang di luar sana. Sesekali ia mengusap kaca jendela yang berembun karena tampias hujan agar dapat melihat dengan jelas pemandangan di luar.

Ponselnya tidak berhenti bergetar sejak tadi. Samuel menghubunginya tanpa henti, mengiriminya chat bahkan telfon berulangkali. Padahal, dapat ditebak jika sekarang jam pelajaran sedang berlangsung. Ia sudah membaca pesan-pesan Samuel usai mengnon-aktifkan last seen di WhatsAppnya. Pesan berisi pertanyaan dimana ia sekarang lengkap dengan umpatan dan ancaman-ancaman kasar lainnya. Setelah itu, ia mematikan data ponselnya bermaksud agar Samuel tidak dapat mengganggunya lagi tapi lelaki itu malah seperti sekarang, beralih dengan telfon manual.

Menyebalkan. Dan ia merasa terancam. Apalagi, ia benar-benar sendirian di Jakarta untuk sekarang dan kedepannya.

Asap matcha ekspresso di depannya mulai menipis karena dingin, ia menyeruputnya hingga tandas kemudian meraih ponselnya untuk mengetikkan sebuah pesan.

Kei, malam ini gue nginep di rumah lo ya.

***

YANG Nathan tahu, ia sudah tidak mencintai Mirabeth. Gadis itu memutuskannya saat hubungan mereka jalan lima tahun. Ketika mereka semester 6 dulu. Ia masih ingat dengan jelas ketika Mirabeth dengan emosinya yang meluap-luap mengatakan putus. Usai memergokinya dan Mauren di hotel dulu. Setelahnya, gadis itu pergi. Menghilang. Orangtua Nathan sering bertanya-tanya, di minggu hingga bulan pertama. Sampai akhirnya ia berani mengatakan bahwa Mirabeth sudah memutuskannya

Sebelumnya, gadis itu tidak akan marah berlebihan. Hanya menegur dan marah sebentar ketika ia lebih memprioritaskan Mauren. Mirabeth terlalu sibuk dengan kegiatannya sendiri semenjak kuliah. Apalagi sejak memutuskan bekerja. Fokusnya bukan hanya pada Nathan. Hal itu yang memicu Nathan menjadi lebih menuntut. Bahkan, ketika kedatangan Mauren di tengah-tengah hubungan mereka Nathan begitu menerima.

Menghabiskan banyak waktu dengan gadis itu selama Mirabeth tidak ada, kemanapun bersama Mauren sekalipun ke acara-acar keluarga. Terhitung sejak kedekatan mereka semakin erat, Nathan memperkenalkan Mauren sebagai sahabat. Atau..selingkuhan? Mengingat sudah banyak hal mereka lakukan bersama. Dari ciuman hingga tidur bersama. Sampai ia dan Mirabeth putus. Lalu, tepat tiga hari setelahnya, Mauren resmi menjadi pacarnya.

Ia tidak tahu apapun lagi tentang Mirabeth. Sampai dimana gadis itu kembali karena meminta maaf atas kesalahan adiknya yang menabrak Brisiana hingga tewas. Satu hal yang membuat rasa benci bertambah pada gadis itu.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now