40

1.1K 131 24
                                    

Ketika membereskan sisa makanan ke bak cucian, Yuna melihat beberapa bungkus kembang api di tumpukan belanjaan mereka tadi. Wanita itu termenung menatap kembang api. Sekelebat bayangan membuatnya kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Dia melihat dirinya dan Vian bermain kembang api itu di pinggir pantai. Mereka tertawa bersama dan terlihat begitu bahagia.

"Yuna." Panggilan Vian membunyarkan lamunan Yuna. Suaminya itu menatapnya dengan raut cemas. "Kamu nggak apa-apa?" 

Yuna menggeleng dan melihat bungkus kembang api itu lagi. "Titi, apa kita pernah bermain kembang api di pinggir pantai?" 

Vian terkesiap dia memerhatikan istrinya dengan lebih intens. "Iya pernah, waktu bulan madu ke sini. Kamu ingat?" tanyanya penuh harap.

Yuna mengangguk dengan ragu-ragu. "Barusan aku seperti merasakan deja vu saat melihat bungkus kembang api itu," tunjuknya.

Wajah Vian langsung semringah. "Apa mungkin ingatanmu sudah mulai kembali?" 

"Mungkin," jawab Yuna tidak terlalu yakin.

"Wah, ternyata tidak salah kita pergi ke tempat ini," ucap Vian dengan mata berbinar. Pria itu meraih bungkusan kembang api itu dengan semangat. "Bagaimana kalau kita coba ke pantai dan bermain kembang api sekarang," tawarnya. 

Yuna mengangguk. Dia juga berharap hal ini bisa memicu ingatannya untuk kembali. Maka suami istri itu segera pergi ke bibir pantai. Ternyata letaknya tak terlalu jauh dari rumah.  Yuna agak ngeri melihat ombak yang bergulung-gulung cukup besar malam itu. 

"Sepertinya sedang pasang," kata Vian. Pria itu menggandeng Yuna menuju bawah pohon kelapa. "Waktu itu kita bermain kembang api di sini," terangnya.

Yuna memandang bibir pantai dan batu-batu karang di pinggirnya. Memang dia merasakan sensasi familiar pada tempat ini. Sudut bibir Yuna terangkat, semoga saja datang ke tempat ini bisa membuatnya teringat sesuatu.

Setelah kembang api ketiga mereka bakar mendadak hujan turun. Suami istri itu langsung panik mencari tempat berteduh.

"Ayo kita ke situ." Vian menunjuk sebuah gua di tepi pantai. Suaminya itu menggandeng tangan Yuna masuk dalam sana. Mereka berlari-lari kecil lalu masuk ke dalam gua itu.

Yuna memandang langit yang begitu gelap. "Padahal tadi kelihatannya terang," keluhnya.

"Tunggu saja dulu, mungkin sebentar lagi terang," ucap Vian. 

Nyatanya setelah menunggu beberapa menit hujan tak juga reda malah makin deras saja. Air laut semakin naik hingga menutup jalan di mulut gua. "Ah, kita nggak bisa kembali ya, mestinya tadi hujan-hujanan saja," keluh Yuna. Badannya mulai menggila merasakan angin malam yang menerpa.

Vian memandangi ponselnya. Tidak ada sinyal dan baterainya hampir habis. Pria itu menatap bagian dalam gua yang gelap lalu tersenyum kecil. "Ada sesuatu yang bagus di dalam sana, mau lihat?" tawarnya.

Yuna menatap bagian dalam gua yang gulita. Seketika bulu kuduknya jadi merinding. "Ada apa?" tanyanya takut sembari merapatkan tubuh pada suaminya.

"Sesuatu yang bagus deh pokoknya, kamu pasti suka. Ayo kita lihat sambil menunggu hujan," ajak Vian.

Yuna terpaksa mengangguk. Dia menggandeng tangan Vian yang menuntunnya masuk ke dalam gua. Wanita itu mengamati gua yang begitu gelap dan tanpa cahaya. Apakah gua ini ada dasarnya? Apa sih sebenarnya yang ingin ditunjukkan Vian?

"Sekarang aku jadi ingat film survival terjebak di dalam gua," keluh Yuna.

Vian terkekeh. "Kamu kebanyakan nonton film Hollywood," olok suaminya itu.

Setelah sampai di dalam gua. Yuna ternganga melihat apa yang ada di dalam sana. Banyak tanaman sejenis lumut yang bercahaya keemasan. Pemandangan gua itu begitu indah.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang