12

1.6K 221 7
                                    

Warung Ramen Setan tidak begitu ramai saat Yuna sampai ketika Yuna sampai. Mungkin karena masih jam kerja jadi tidak banyak pengunjung yang datang. Yuna ingat dulu semasa kuliah, dia harus mengantri setengah jam lamanya untuk mendapatkan tempat duduk kosong di sini, lalu harus makan dalam waktu tidak lebih dari sepuluh menit agar pengunjung selanjutnya bisa mendapatkan kursi. 

Nostalgia mengingat masa itu membuatnya tersenyum miris. Tempat ini adalah salah satu tempat yang kerap kali dikunjunginya bersama Zaki semasa mereka pacaran dulu. Hampir setiap malam minggu mereka selalu berakhir di sini. Yuna berdecak karena lagi-lagi otaknya yang bermasalah ini mulai mengingat Zaki lagi. Bagaimana cara menghapus kenangan akan pria yang telah menjadi suami orang lain itu dari memorinya?

"Yuna." Wanda melambaikan tangan riang kemudian duduk di depan Yuna. "Sudah lama menunggu?" tegurnya.

Yuna menggeleng. "Aku juga baru sampai kok."

Yuna mengangkat tangannya, memanggil pelayan sehingga dia dan Wanda bisa memesan. Sambil menunggu makanan datang, kedua wanita itu mengobrol.

"Kamu hari ini nggak ngurusin Kafemu?" tegur Yuna.

"Kami libur setiap hari Senin. Ya, karyawanku kan juga butuh quality time bersama keluarganya," terang Wanda.

"Oh gitu," senyum Yuna. "Sepertinya Kafemu cukup ramai ya."

"Alhamdulillah, mungkin karena dekorasinya memang cocok untuk spot selfie. Jadi banyak anak muda yang datang," kekeh Wanda.

Yuna memandangi sahabatnya itu dan tersenyum. Dia ikut senang atas kesuksesan wanda. Makanan yang mereka pesan akhirnya datang. Mereka segera memakannya dengan lahap. 

"Ngomong-ngomong, Wanda. Bisa kamu ceritakan lebih detail lagi tentang bagaimana aku dan Zaki bisa putus. Kamu bilang kalau Zaki berselingkuh, kan? Siapa selingkuhannya itu?" tanya Yuna.

Wanda yang tengah menyuapkan ramen ke dalam mulutnya dengan menggunakan sumpit terdiam sejenak. "Membicarakan orang yang sudah meninggal kurang begitu baik, kan?" lirihnya sembari mengaduk-aduk mangkuk ramennya.

Yuna terpana mendengar ucapan Wanda itu. Terbitlah spekulasi di dalam benaknya. "Maksudmu ... selingkuhannya Zaki itu almarhum istrinya?" tanya Yuna.

Wanda tidak mengangguk. Gadis itu hanya mendesah panjang. "Sebenarnya aku tidak menyangka juga kamu malah menikah dengan pamannya cewek itu. Menurutku itu terlalu aneh untuk disebut kebetulan."

Yuna meletakkan sumpitnya. Otaknya mulai berputar, membayangkan apa yang telah terjadi. Dia dan Zaki putus, lalu cowok itu menikah dengan selingkuhannya. Sementara Yuna malah menikah dengan paman dari selingkuhannya. Itu memang tampaknya tidak wajar. 

"Wanda, apa hubunganmu dengan Zaki cukup dekat?" tanya Yuna.

Mata Wanda melebar. Dia menatap Yuna dengan bingung. "Nggak. Kami hanya sekedar kenalan saja. Kenapa kamu tiba-tiba tanyakan itu?" tanyanya.

"Aku melihat-lihat album pernikahan Zaki dan almarhum istrinya. Fotomu ada di sana," jawab Yuna.

"Yah, kita kan satu angkatan. Aku rasa wajar kalau dia mengundang. Apalagi pestanya benar-benar mewah," aku Wanda. Gadis itu kembali menyuapkan ramen ke dalam mulutnya.

"Kalau aku bagaimana?" tanya Yuna. "Apa aku diundang?" 

Wanda terdiam. Dia mengawasi Yuna yang menunduk sembari memandangi mangkuk ramennya dengan galau. "Aku nggak tahu, yang jelas aku nggak melihatmu di pesta itu. Ya, kupikir kalau aku jadi kamu, aku juga nggak akan datang ke pesta pernikahan mantan pacarku dan selingkuhannya," jawab Wanda.

Yuna tersenyum kecil. Yang dikatakan Wanda cukup masuk akal. "Kamu benar," lirihnya. "Kenapa Zaki berselingkuh? Apakah aku ini kurang baik?"

Wanda menghela napas. "Aku nggak tahu detailnya. Waktu hubungan kita sendiri juga kurang baik," tuturnya.

"Sudahlah, Yuna, kenapa kamu terus memikirkan hal yang sudah lewat. Toh kamu sekarang sudah bahagia dengan suamimu. Sementara Zaki, mungkin dia sedang mendapatkan karmanya."

Karma? Yuna menatap Wanda dengan bingung. Namun tidak berkomentar lagi. Wanda mengalihkan pembicaraan pada aroma wijen yang sedap dari ramen yang mereka makan. 

***

Votes dan komen ya guys...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang