33

1.5K 176 10
                                    

"Jika seluruh ingatanmu tentangku hilang. Kurasa aku perlu mengukirnya kembali. Awas, nanti kamu jadi jatuh cinta lagi padaku," kekeh pria itu.

Yuna tergelak. Dia mengangguk setuju. "Oke, aku kita tulis ulang semuanya."

"Kalau begitu, ayo kita mulai dari hari ini. Lihat foto-foto di Instagrammu ini. Kurasa ini bisa jadi petunjuk."

Yuna memandang foto itu. Tanggal 17 November 2017. Postingan itu hanya menampakan jam tangannya yang menunjukkan pukul empat pagi dengan latar belakang roknya yang hitam.

"Wish me luck." 

Hanya itu kalimat yang dituliskannya. Di bawah foto itu ada komen dari Desi dan Silvi.

Silvi93_ Semangat, Say!

Desiwn Semoga lancar ya wawancaranya.

Yuna mengamati foto itu tak mengerti. Namun ketika membaca komen Desi kemungkinan dia mau melakukan wawancara kerja hari itu.

"Ini hari pertama pertemuan kita," terang Vian.

"Wawancara kerja ... Apakah aku melamar di perusahaanmu?" tebak Yuna. Hanya itu yang terpikirkan olehnya. "Jadi kita pertama kali bertemu di wawancara itu?"

"Ya dan nggak," jawab Vian.

Kerutan di dahi Yuna bertambah. "Jadi kita ketemu di mana?"

Bibir tipis Vian melengkung. "Kamu akan tahu nanti, kita buat saja reka ulang kejadiannya."

Yuna tak mengerti, tetapi dia ikut tersenyum juga. Kelihatannya usul suaminya ini menarik. Mungkin saja dia bisa mengingat sesuatu.

***

Pagi itu, Zaki duduk di meja kerjanya dengan lebih santai. Hari ini dia mendengar bahwa Vian mengambil cuti dan itu membuat perasaannya menjadi lebih ringan. Setidaknya dia tidak perlu bertatap muka dengan paman almarhum istrinya itu selama beberapa hari. Pikirannya yang lebih rileks membuat pemuda itu dapat bekerja dengan lebih efisien. Ketika memeriksa satu laporan pembukuan, Zaki tercengung sejenak. Ada satu kekeliruan dalam laporan keuangan itu. Zaki mengerutkan kening. Dia lantas mengangkat gagang telepon dan menghubungi sekretarisnya.

"Pak Taufik, bisa ke ruangan saya sekarang. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," ucapnya.

Tak beberapa lama setelah meletakkan gagang telepon, Pak Taufik muncul dari ambang pintu. Pria itu mengembangkan senyuman ramah dan mengucapkan selamat pagi pada Zaki.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Pak Taufik tanpa prasangka.

Zaki tersenyum sinis kemudian melemparkan berkas laporan keuangan yang baru saja dia periksa di atas meja. "Ada kekeliruan pada laporan keuangan ini, bagaimana Anda menjelaskannya," kata Zaki.

Sepersekian detik Zaki melihat mata pria itu melebar. Namun kemudian pria itu kembali tersenyum dengan ramah. "Saya akan memeriksanya kembali, Pak, maafkan kecerobohan saya."

Zaki tergelak. "Apalagi yang perlu diperiksa. Ini sudah jelas. Ada yang memanipulasi laporan ini," tegas Zaki.

"Saya rasa Anda terlalu cepat mengambil kesimpulan, Pak," ucap Pak pria berambut putih itu.

Zaki tersenyum separuh. "Tunggu sampai Presdir kembali dari cutinya. Dia akan terkejut melihat kebusukanmu."

Pak Taufik tampak tenang. Pria itu meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu membungkuk. 

"Lalu bagaimana dengan Anda sendiri?" bisiknya.

Zaki mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" tanyanya.

"Tentang almarhum istri Anda. Saya rasa Anda beruntung karena dia meninggal," kekeh Pak Taufik. 

"Saya tahu, tentang hubungan Anda dengan istri Presdir. Menurut Anda apa yang akan terjadi jika saya memberitahukan hal ini padanya?"

"Jangan mengarang hal yang bukan-bukan!" tegas Zaki. Nada suaranya terdengar seperti geraman. Pria itu lalu menunjuk pintu. 

"Silakan pergi, selagi saya masih bersikap baik."

***
Terima kasih atas votes dan komennya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang