9

2K 285 10
                                    

Dua wanita itu segera sibuk memasak. Yuna mempelajari kembali bagaimana cara memasak masakan kesukaan suaminya yang katanya dulu sudah dia kuasai. Bahan dan cara memasaknya cukup mudah. Daging sapi pasti, dengan bumbunya hanya bawang putih, bawah bombay, merica, kecap, telur dan baking soda. Yuna baru tahu bahwa daging bisa cepat empuk jika ditaburi baking soda, margarin, telur dan garam selama tiga puluh menit. Setelah itu daging direbus dengan bumbu-bumbu yang sudah ditumis sampai air menyusut dan bumbu mengental, baru kemudian dipanggang di atas alat panggang ala restoran di drama Korea. Yuna merasa lega. Ternyata memasak makanan kesukaan Vian tidak terlalu sulit.

Ibunya dulu selalu berkata tugas seorang wanita adalah melayani suaminya kapan pun dibutuhkan. Urusan dapur adalah salah satu hal yang paling utama. Hal-hal sederhana inilah yang katanya bisa mempertahankan pernikahan selama bertahun-tahun jika dilakukan dengan konsisten.

"Kamu boleh hilang ingatan, Yuna, tapi ingatlah bahwa kamu adalah seorang istri. Ingatlah tanggung jawabmu."

Itulah wejangan yang diwanti-wanti oleh Bu Halimah sebelum berpisah dengan Yuna di Malang kemarin. Sebagai anak yang baik sudah sewajarnya bagi Yuna untuk menuruti nasihat ibunya itu. Sesaat setelah masakannya siap dihidangkan kebetulan sekali Vian keluar dark kamarnya. Pria itu takjub melihat melihat meja makan.

"Wow, ada apa nih? Pagi-pagi kok sudah masak enak?" tegur pria itu.

"Ini Nyonya yang masak, Den," jelas Bi Ina yang membawa masakan dari dapur. Yuna mengikutinya dari belakang dengan senyuman.

"Ayo makan dulu," kata Yuna.

Vian ternganga. Dia kira pagi harinya akan berubah setelah Yuna kehilangan ingatannya. Nyatanya Yuna tetap mempersiapkan sarapannya seperti biasa. Memang karakter seseorang tak akan berubah hanya karena dia kehilangan ingatan. Yuna tetap menunjukkan tanggung jawabnya sebagai istri meskipun dia tak mengingat apa pun tentang Vian dan menganggap pria itu sebagai orang asing. Entah mengapa Vian merasa sedikit terharu. 

Bi Ina terheran-heran melihat majikannya itu duduk dengan manis di meja makan. Padahal biasanya di pagi hari wanita itu biasa disuguhi opera sabun istri yang memaksa suaminya yang mau bekerja untuk makan dulu. Vian memang tak biasa sarapan. Sejak masih sekolah dulu, tuan rumahnya itu langsung pergi begitu bangun tidur, lalu pulang sangat larut. Namun hari ini pria itu berubah menjadi penurut dan bersedia sarapan tanpa diminta.

"Kenapa kamu repot-repot masak gini padahal masih pagi," kata Vian. "Apa kakimu nggak sakit?" Pria itu malah mengkhawatirkan kaki Yuna.

"Aku kan nggak patah tulang, ini cuman gara-gara aku masih suka pusing kalau berdiri. Maklum seminggu lebih hanya tiduran di atas kasur aja," terang Yuna.

"Kamu harus sarapan dulu kan sebelum berangkat. Aku bawakan juga bekal untuk di makan di kantor ya," kata Yuna.

Wanita itu mengambil piring lalu menyiapkan nasi untuk Vian. Vian mengamati istrinya itu dengan saksama. Hatinya serasa bergetar. Dia tak menyangka hal yang biasa disaksikannya tanpa minat dulu, sekarang bisa membuatnya hampir menitikkan air mata. Setelah tragedi itu, akhirnya dia bisa duduk di sini dan sarapan bersama Yuna. 

Mungkin mereka bisa memulai semuanya dari awal lagi. Meskipun ingatan Yuna hilang, sementara hati Yuna tidak berubah, dia pasti membuat wanita itu jatuh cinta lagi padanya. Bukankah dulu dia sudah berhasil memenangkan hati gadis itu ketika mengajaknya menikah? Sekarang ini status mereka sudah suami-istri yang terikat dengan pernikahan yang sah. Semangat Vian naik lagi.

"Kenapa sih ngelihatin terus kayak gitu?" tanya Yuna risih karena Vian terus mengamatinya.

"Kamu cantik banget," puji Vian.

Yuna tertegun. Tiba-tiba saja jantungnya berpacu sedikit lebih cepat. 

"Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu," gumam Vian. "Aku juga ingin kamu jatuh cinta sama aku," desahnya.

Yuna terdiam. Dia tak siap dengan gombalan yang tiba-tiba diutarakan suaminya itu. Wanita itu bingung, tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Vian melengkungkan bibirnya. "Aku pasti bakal bikin kamu jatuh cinta sama aku lagi. Lihat aja nanti," ancam pria lalu meminum kopinya.

Yuna ikut tersenyum akhirnya. Dia meraba dadanya yang berdebar-debar. Mungkin rasa suka itu sudah mulai bangkit. Mungkin dia bisa hidup bahagia bersama dengan suaminya yang sekarang dan melupakan rasa cintanya pada Zaki.

Setelah selesai sarapan. Vian berpamitan. Yuna mengantarkannya sampai ke depan pintu wanita itu melihat dasi Vian tampak kurang rapi.

"Dasimu," kata Yuna. "Boleh aku rapikan?" tawarnya.

"Tentu boleh," jawab Vian.

Yuna mendekatkan diri pada Vian dan merapikan dasi pria itu. Wangi tubuh Vian yang bercampur dengan parfum tercium. Aroma itu membuat pikiran dan hati Yuna seketika merasa tenang. Sepetinya tubuhnya masih bereaksi terhadap suaminya itu meski ingatannya sudah hilang. Yuna mensyukuri hal itu. 

"Hati-hati di jalan," ucap Yuna.

Vian hanya tersenyum. Pria itu mati-matian menahan diri untuk merengkuh dan mencium istrinya. Tidak sekarang. Tegasnya dalam hati. Akan kusentuh dia setelah berhasil mendapatkan hatinya lagi.

***

Votes dan komen ya Guys...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang