15

1.3K 214 7
                                    

Setelah berpamitan pada Nina pasangan suami istri itu lalu menuju tempat parkir. Dalam perjalanan, Yuna memandangi wiped cream-nya yang tinggi menjulang seperti menara eiffel. Vian benar-benar tahu seleranya.

"Ini benar-benar curang," kata Yuna.

Vian memandangi istrinya itu dengan penasaran setelah mereka masuk ke dalam mobil. "Apanya?" tanya heran.

"Aku tadi cuman pesen rasa coklat, tapi kamu kasih wipped cream sebanyak ini!" tunjuk Yuna.

"Eh? Kamu nggak suka?" tanya Vian kaget.

"Justru karena aku suka banget, makanya jadi makin kesel!" protes Yuna.

"Maksudnya?" Vian mengerutkan dahi bingung. 

"Kamu tahu segalanya tentang aku, tapi aku nggak tahu apa pun tentang kamu," keluh Yuna.

Tawa Vian mengudara. "Pembicaraan ini lagi," kekehnya.

"Ini pembicaraan serius tahu!" cerca Yuna.

"Okelah, silakan kamu mau tanya apa pun, akan aku jawab, kecuali soal umur ya," kata Vian.

"Kamu ini sensitif banget ya, kalau soal umur, kayak wanita karir yang jomblo aja," olok Yuna.

Suami-istri itu lalu tertawa bersama. Mengobrol santai dengan Vian seperti ini ternyata sangat menyenangkan.

"Kamu lebih suka yang mana, yang manis-manis atau yang asin?" tanya Yuna.

Suaminya yang sedang mengendara mobil itu tampak berpikir. "Aku lebih suka yang manis sih," akunya.

"Contohnya apa?" kejar Yuna.

"Contohnya kamu," jawab Vian sembari tersenyum.

Yuna terperanjat. Dia memegangi jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Gombal receh!" oloknya.

Vian malah tertawa makin keras. Yuna melirik suaminya yang tampak bahagia. "Titi," panggilnya.

"Ulfa, Keponakanmu itu, dia orangnya seperti apa?" tanya Yuna.

"Kenapa tiba-tiba ngomongin Ulfa?" tanya Vian bingung. 

"Penasaran aja, karena aku sama sekali nggak ingat apa-apa tentang dia," ucap Yuna. Dalam hatinya dia menggumam. Apakah Ulfa lebih baik darinya sehingga Zaki lebih memilih dia? Yuna penasaran dengan apa yang diceritakan oleh Wanda dan Nina hari ini. Benarkah bahwa dia putus dengan Zaki karena Ulfa?

"Dia anak yang manis dan penurut, tapi kadang bisa jadi cerewet." Tatapan mata Vian menjadi lebih teduh ketika menceritakan tentang keponakannya itu.  Namun di akhir kalimatnya, wajah pria itu tampak sendu. "Sayang sekali umurnya tidak panjang," lirihnya.

"Bagaimana hubunganku dengan dia?" tanya Yuna.

Vian tersenyum kecil. "Sepertinya baik," ucapnya tidak menyakinkan.

"Sungguh?" kejar Yuna.

"Sebenarnya, aku nggak tahu," aku Vian jujur.

Yuna mendesah lalu menatap lalu lintas. Dia dan Vian tidak bicara apa pun lagi. Sisa perjalanan menuju rumah, mereka lewati dalam diam.

***

Tania menginjak rem saat mobil berhenti di lampu merah. Hanya kurang sepuluh menit lagi, dia akan sampai di rumah Ulfa. Gadis itu menampar pipinya beberapa kali lalu menggumamkan kalimat yang telah dilatihnya semalaman. 

"Apa kabar, Paman. Oh! Ini istrimu? Sangat cantik! Senang berkenalan." Tania mulai bermonolog seperti orang gila.

Gadis itu mendesah, lalu menyandarkan kepala pada kemudi. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal seperti ini? Bagaimana dia bisa berpura-pura baik-baik saja, saat melihat orang yang dicintainya menikahi orang lain? Mungkin seharusnya Tania tak perlu datang ke sini. Mungkin sebaiknya Tania menghilang saja dari kehidupan mereka selamanya.

Bunyi klakson dari kendaraan di belakangnya, menyadarkan Tania dari lamunan. Lampu rupanya telah berubah warna menjadi hijau. Tania terpaksa menginjak pedal gas yang memacu mobil ke area Citraland dan berhenti tepat di depan rumah Ulfa. 

Tania terperanjat saat melihat rumah sahabatnya itu yang begitu ramai. Ada banyak orang yang mengenakan baju serba hitam. Terdengar sayup-sayup ayat suci Al Quran yang dibacakan. Ada apa ini? Seingat Tania keluarga Ulfa sudah berhenti memperingati hari kematian kakek, nenek serta ayah dan ibu Ulfa. Firasat Tania tidak enak. Dia buru-buru turun dari mobil dan memasuki halaman rumah Ulfa sambil menyapa beberapa tetangga yang dikenalinya.

Tania menangkap sosok Zaki. Suami Ulfa itu berdiri dengan tatapan kosong di dekat kolam renang sembari mengisap rokok. 

"Zaki!" 

Pria itu menoleh, saat Tania memanggil namanya. Tania menghampirinya dengan langkah kecil-kecil. 

"Ada apa? Kenapa banyak orang di sini?" tanya Tania.

Zaki bergeming, perlahan air matanya berlinang. "Ulfa ... Van ... Ulfa...." erang Zaki lemah sembari menutup mulutnya. Dia tak dapat melanjutkan kalimatnya.

***

Votes dan komen ya guys...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang