15.Masa lalu Galen

192 48 27
                                    


"Berfikirlah sebelum berbuat"

•••

🍂

"DASAR ISTRI GAK GUNA!!"

"Tap-tapi ak-aku udah berusaha mas"

"BERUSAHA GIMANA?! NGATUR GINI AJA GAK BECUS, GIMANA KALAU KAMU YANG KERJA! KERJA ITU CAPEK JADI TOLONG DONG KAMU GUNAKAN UANG SECUKUPNYA AJA. HEMAT "

"mas tap-"

Plak!!

Plak!!

"APA?! MAU NGELAK KAMU? HAH?"

Dengan emosi yang tak tertahan dan tangan yang sudah siap melayangkan tamparan lagi pada istrinya, namun belum mendarat dipipi istrinya ada tangan yang menahan dan yang menahan adalah anak semata wayang mereka.

Ya sang anak yang menahan tangan ayahnya itu supaya tidak mendarat di pipi ibunya.

Dari lantai atas ia mendengar pertengkaran kedua orang tuanya yang sudah sering ia dengar namun sekarang ia tidak mau diam saja, ia akan melindungi mamanya bagaimana pun caranya. Bahkan sampai melawan papanya sekali pun.

"OH! SUDAH BERANI YA KAMU SAMA PAPA!!!" teriak sang ayah melihat kehadiran sang anak.

"IA SEKARANG AKU BARU SADAR PA!!SEHARUSNYA DARI DULU ITU AKU LINDUNGIN MAMA BUKAN MALAH DIEM AJA NGELIATIN MAMA DIPERLAKUKAN SEPETI ITU SAMA PAPA" jawab sang anak membuat sang ibu terkaget dan menghempaskan kasar tangan papanya.

"Lihatlah anak kamu sayang dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang" ucap sang ayah lembut namun terkesan menyeramkan.

"APA INI YANG KAMU AJARKAN HAH?!" ucapnya sudah seperti semula menatap sang istri sengit

Bugh

"ANDA JANGAN MENYELAHKAN AJARAN YANG DIBERIKAN MAMA SAYA! DIA MENGAJARKAN YANG BAIK-BAIK. JUSTRU APAKAH ANDA PERNAH MENGAJARI ANAK ANDA?!" ucap sang anak murka setelah memberikan bogeman pada sang ayah yang sudah keterlaluan itu.

Sedangkan sang ayah dibuat diam atas perkataan anaknya itu, hingga tak dapat mengelak bahwa memang kenyataanya seperti itu.

"Arrghhhh" pekik sang ayah meninggalkan istri dan anaknya lalu pergi keluar rumah.

Melihat sang suami sudah keluar rumah, sang ibu pun menghampiri sang anaknya dan menyuruh duduk di sofa.

"Kamu kenapa kaluar sayang?" tanya sang mama yang berusaha untuk tidak menangis dihadapan anaknya itu.

"Udahlah mama gak usah nahan iki lagi. Iki tahu mama selalu nangis kalo habis berantem sama papa" jawab sang anak lembut dengan nafas yang masih memburu.

"Tapi gak seperti itu sayang mungkin hari ini papa lagi ada masalah"

"Halah iki capek ma, iki selalu liat papa itu gak pernah nyelesain masalah secara baik-baik dan berujung nyakitin mama. Ini udah keterlaluan"

"Sayang"

"Udah ma jangan belain dia lagi" pekik risky tak ingin membahas kejadian tadi.

"Risky, mama tahu kamu sakit hati atas perlakuan papa kamu pada mama. Mama minta kamu jangan benci papa kamu ya nak, karna sifat papa itu dari dulu kayak gitu. Kamu berdo'a saja semoga dengan pelan-pelan papa bisa berubah, ya sayang" ucap sang ibu mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

Mendengar itu pun risky langsung memeluk tubuh sang ibu yang ia tahu sangat terluka ini namun berusaha tegar.

"Iki tahu mama cuman pura-pura senyum dihadapan iki, biar terlihat kuat kan? sampe kapan ma sampe kapan mama terus kayak gini? sampe kapan? sampe mama bosen dengan keadaan?! terus ninggalin papa?"   

Membenci atau Mencintai?Where stories live. Discover now