Bab 28

172 28 29
                                    

Angel mengerjapkan matanya, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya dalam ruangan. Langit-langit ruangan yang berwarna putih adalah pemandangan pertama kali yang ia lihat. Angel mengedarkan pandangannya, ruangan yang ia tempati kini lebih terang dari yang ia ingat tadi. Bau obat menguar di indra penciumannya. Angel menyadari jika sekarang ia sudah tidak lagi berada di gudang itu, melainkan di sebuah rumah sakit.

"Sayang, akhirnya kamu sudah sadar." Angel melihat mamanya yang tengah berdiri di samping ranjang selagi tersenyum ke arahnya.

"Mama panggil dokter dulu ya." Kata Marisa melangkah keluar ruangan.

Tak lama kemudian Marisa kembali bersama seorang dokter. Dokter tersebut menghampiri Angel dan memeriksa keadaannya.

"Kondisi Angel sudah membaik, mungkin masih sedikit nyeri di bagian punggungnya akibat pukulan itu." Jelas sang dokter.

"Alhamdulillah, terima kasih dok."

Dokter pun mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu."

Marisa membungkuk untuk mencium kening Angel. Ia benar-benar bersyukur dapat melihat Angel kembali dalam keadaan baik-baik saja. Pikirannya sudah kemana-mana kemarin sejak Angel menghilang.

"Kenapa Angel bisa di sini, ma?" Gumam Angel pelan.

"Nak Kenzo yang menolong kamu." Jawab Marisa selagi mengelus punggung tangan anaknya dengan sayang.

"Terus Kenzo mana, kok dia nggak jenguk aku." Angel mencari keberadaan Kenzo.

Marisa tidak mampu menjawab pertanyaan putrinya. Air matanya jatuh begitu saja saat mengingat kondisi Kenzo. Haruskah ia memberitahu Angel? Tidak-tidak, Marisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau membuat Angel yang baru saja sadar, kepikiran akan kondisi Kenzo.

Sembari menyeka air matanya Marisa menjawab. "Kenzo sudah pulang sebelum kamu sadar."

Angel menganggukkan kepalanya mengerti. Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 20.45.

Wajar saja Kenzo sudah pulang, ternyata sudah malam, pikir Angel.

"Flora baik-baik saja, kan ma?" Tanya Angel saat mengingat Flora yang di sekap bersamanya.

"Iya, dia baik-baik saja kok." Jawab Marisa. "Sekarang dia sudah aman bersama keluarganya."

"Syukurlah." Angel menghela nafas lega.

"Lebih baik sekarang kamu istirahat aja ya, jangan banyak pikiran dulu biar besok kita bisa pulang dari sini." Ujar Marisa.

Angel memejamkan matanya, rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya. Mungkin ini di karenakan ia kelelahan atau mungkin juga efek obat yang di berikan dokter, makanya ia mudah sekali mengantuk.

Marisa menatap putrinya yang sudah terlelap. Angel adalah putri semata wayangnya, ia tidak bisa membayangkan apabila Angel tidak di temukan. Ia sungguh berhutang budi kepada Kenzo. Namun ia juga merasa bersalah kepada Rina, karena walau bagaimana pun keadaan Kenzo yang kritis dikarenakan menolong Angel.

Pintu ruangan terbuka, membuyarkan lamunan Marisa. Adam memasuki ruangan dengan wajah lesunya. Ia baru saja dari kantor polisi untuk di mintai keterangan. Adam benar-benar tidak menyangka bahwa penculik anaknya ternyata masih di bawah umur.

"Gimana, pa?" Marisa menghampiri suaminya.

"Biarkan pihak berwajib yang mengurus kasus ini."

Marisa yang mengerti menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana kondisi Angel?" Tanya Adam seraya duduk di dekat ranjang Angel dan memperhatikan putrinya yang sedang terlelap.

"Alhamdulillah kata dokter sudah membaik kok." Marisa berdiri di samping suaminya.

This Love (Complete)Where stories live. Discover now