Sanca menghampiri seorang pengawal di gerbang utama yang sedang sibuk memberi makan Kuda.

"Woy!" panggilnya membuat pengawal terlonjak.

Sanca tergelak, ia menepuk bahu pengawal tersebut.
"Lo liat Si Garea gak?"

Pengawal tersebut sedikit membungkuk, setelah mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Garea sudah saya masukan ke dalam kotak, Tuan muda. Tadi dia hendak memasuki markas milik Sailor, untung saja ada Xelo yang memberitahu."

Sanca melongo.
"Si Xelo, ngasih tau? Gimana tuh bocah ngasih tau lo?" tanyanya heboh.

Xelo? Si Anjing nakal itu? Wah pintar juga ternyata.

Pengawal tersebut tersenyum.
"Xelo sudah sangat lama tinggal disini, ia sudah pintar dan memahami semua layaknya manusia, Tuan muda."

Sanca mengangguk acuh.
"Kotak itu Sekarang dimana? Gue mau bawa ke Kakek."

Pengawal menunjuk beberapa jejeran kotak besar disamping kandang Kuda.

"Itu Kotak ketiga berwarna Hijau, tempat Garea."

Sanca menatap para jejeran kotak tersebut. Matanya jatuh terpaku pada sebuah kotak paling kecil berwarna hitam.

"Yang di kotak warna item, itu siapa?"

"Itu anak dari Garea, namanya Gara."

Sanca melongo.
"Si Garea udah kawin? Gila! Tuh ular gercep juga! Emang sih keliatan banget muka-muka fakboy! Trus yang dihamilin sama Garea siapa? Jangan bilang Si lonte Gesa yang ganas itu?" tanyanya histeris sambil membulatkan matanya.

Pengawal tersebut sedikit tertawa mendengar ucapan Sanca. Ia lalu mengangguk.
"Iya tuan, Garea bersama Gesa memang sudah sering Tuan Fredash satukan."

Sanca berkacak pinggang sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalah gue sama Ular anjir! Nih Si kakek apaan lagi, dia niat mau buka usaha Kebun Binatang apa gimana? Hewan peliharaannya banyak bener dah!"

Pengawal tersebut tersenyum, tak berani menjawab.

"Udah lah! Gue bawa si Garea dulu! Kakek mau jampe-jampe Garea katanya!"

Setelah mengucapkan itu Sanca menghampiri Sebuah kotak besar berwarna hijau. Yang ada Garea di dalamnya.

Ia membuka tutup kotak tersebut dan terpampanglah Si Garea yang sedang bergerak-gerak tak menentu.

"Heh fakboi! Gue cariin juga lo, malah nyantui disini. Garea, woy! Noleh Kek gue panggil!"

Sanca terus menatap Garea datar.
"Gar, Garea."

Dengan berani Sanca mengelus Garea.

"Lo sejenis Sanca, tapi gue yang dinamain Sanca. Nama lo bagus, Garea. Btw, Lo gak ada niatan buat tukeran nama sama gue? Atau kalo nggak, nama anak lo aja dah tukeran sama gue, kan bagus tuh Gara. Jadi nama gue Gara Keano Fredash, gimana mau gak lo? Nanti gue kasih ayam deh. Gue bosen kasih ayam ke Sailor, tuh anak gak tau diri banget, sombong lagi. Gue ajak ngomong gak pernah jawab. "

Sanca terus berceloteh.

"Heh, jawab dong!"

"Wah, lo gak sopan banget julur lidah ke gue!"

"Nih ya! gue kasih tau, lo jangan mau sama lonte Gesa, Gar. Nih masa gue tadi liat dia lagi berduaan sama Ular yang lain, gue gak tau siapa dia. Kayaknya anak nolep deh, lo jangan mau kalah ya Gar!"

Prang

"Kamu gak waras?!"

Fredash, Selaku Kakek Sanca melempar piring besi milik Xelo tepat dipunggung Sanca. Ia tak habis pikir dengan kelakuan Cucu nya yang satu ini, Apa karena ia terlalu keras memperkerjakannya, sehingga sikapnya menjadi seperti itu? Ah tidak, Sanca memang dari dulu selalu seperti itu.

Ia menghampiri Sanca dan menjewer telinganya.
"Kenapa mengajaknya bicara?!"

Sanca meringis.
"Kasian Kek, Garea lagi galau. Garea kabur pasti bukan karena Sanca. Tapi karena Si Gesa itu tadi lagi barengan sama Ular lain, jadinya Garea cemburu dan kabur!" pungkas Sanca sambil mengusap telinga nya.

Fredash memukul lengan Sanca keras.
"Sepertinya kamu harus dibawa ke psikolog! Kali saja otak kamu sudah tertukar dengan salah satu hewan peliharaan Kakek."

Sanca melongo.
"Jahat banget Kek ngomongnya."

"Sudah cepat, sana makan dulu. Setelah itu kembali ke bawah, Kita akan memanah."

Sanca langsung berbinar.
"Makan sama apa Kek? Ayam? Kentang? Ikan bakar?"

Fredash menyentil dahi Sanca.
"Nasi pake garam."

Setelah mengucapkan itu Fredash berlalu dan membawa Garea.

Sanca membuka mulutnya tak percaya.

"Garam? Nasi sama garam doang?"

"Barusan gue liat Kakek ngasih Xelo tulang, trus si Ropesh dikasih pisang. Lah ini gue Cucu nya dikasih garam?"

Sanca berbalik menatap punggung sang Kakek yang mulai menjauh.

"KEK?! KOK CUMA GARAM DOANG SIH?!" teriaknya tak terima.

Fredash menoleh.
"KARENA ULAR AKAN DIAM JIKA DIBERI GARAM!"

Sanca melongo. Lagi dan Lagi ia di samakan dengan ular.

...

"Dimana mereka?"

"Kediaman Fredash sedang sepi, Tuan Januar dengan Arkesh sepertinya masih dikantor. Dan Sarakha, saya tadi melihat dia keluar dengan seorang perempuan menuju lapangan basket."

"Bersama Resha?"

"Bukan Nyonya, Nona Resha sedang makan malam bersama pacarnya."

"Resha sudah punya pacar?"

"Iya Nyonya, dan sesuai informasi yang kami cari. Pacarnya merupakan seorang ketua Geng ternama disini."

"Fations? Atau, ah iya! Astercyo ya?"

"Betul Nyonya."

"Bagus kalau begitu, besok Sanca pulang. Saya ingin rencana ini berjalan dengan lancar, kita ubah strategi. Jadikan Resha sebagai umpan dan buat manipulasi."

"Baik Nyonya, akan segera saya laksanakan."

"Bagus, jangan lupa terus pantau Orang yang bernama Samuel dan Fatamorgana."

"Baik Nyonya."

tut

Perempuan tersebut tersenyum miring, ia menatap sebuah bingkai Foto seorang laki-laki dengan senyum lebar.

"You are mine, the light of my life, and my sun. I will not let you go, you strong child. I love you very much."

.....

Saatnya menghujat Sanca
Waktu dan tempat saya persilahkan:)

Vote komen yawww...

100 KOMEN AKU UP
ayolah dah aku ketik nih.

Thankyouuuu

Braga (Sudah terbit) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن