8.Cerewet

94.2K 8K 307
                                    

jangan lupa vote & comment!

"Oh jadi rumor tentang kepindahan kalian itu bener ya, gue kira cuma hoax doang" Ujar seseorang yang baru saja datang dengan beberapa antek-antek nya.

Braga menoleh menatap tajam orang tersebut.

"Gilaaa Gak nyangka gue bakal satu sekolah sama tukang pansos" Ujar seseorang menepuk bahu Lio.

Lio mendengus "Duh kok gue jadi nyesel ya sekolah disini" balasnya dengan nada sedikit menyindir.

Pria tersebut tertawa, beralih menatap sang Ketua "Gimana kabar lo, ketua Astercyo?"

"Seperti yang lo liat. Lo, ketua pedolf?" balas Braga santai, menaikkan satu alisnya.

Xavier tersenyum tipis lalu mengangguk "Baik"

"Sini gabung Xav" timpal Sanca yang sedari tadi diam, ia kira hubungan Astercyo dan Pedolf tidak baik baik saja. Ternyata tak seburuk yang ia pikirkan, baguslah. Jadi nantinya ia tak pusing dan terhindar dari segala macam baku hantam.

Oh ya kenalkan, salah satu geng terkenal setelah Astercyo, namanya Pedolf, dipimpin oleh Xavier, dan dibelakangnya terdapat beberapa teman-temannya.

Xavier dan teman yang lainnya duduk bergabung. Dan Teriakan seorang gadis langsung membuat fokus mereka teralihkan.

"SANCA!!" Teriak Gadis tersebut berkacak pinggang, mukanya memerah menahan amarah. Tanpa memperdulikan seluruh murid yang menatap nya, gadis tersebut menghampiri Sanca dan menjewer telinganya.

"A-aduh sa, kenapa telinga abang dijewer sih?" Ujarnya meringis menatap sang Adik.

Resha melepaskan jewerannya lantas menyuruh Sanca berdiri, dan Sanca pun menurut.

"Dera marah sama gue tau gak sih lo?!" Ujar Resha, tiba-tiba dengan berani memanggil lo-gue.

Sanca meneguk salivanya kasar, namun tak urung menyentil dahi Resha.

"Bahasa kamu sa, gak boleh gitu!"

Resha mendelik "Lagian abang kenapa retakin ponselnya Dera, Dera jadi marah sama aku!" Kesalnya. Dadanya naik turun bergemuruh.

"Ck berisik lo berdua, kalo mau berantem jangan disini, ganggu tau gak?" Sinis Braga yang merasa ketenangannya terganggu. Lagi enak-enak Main game, telinganya sudah dibuat sakit oleh perempuan itu.

"DIEM!!" Reflek Resha tak sadar membentak.

Semua pria yang duduk disana melotot tajam. Berani sekali perempuan itu.

Braga sedikit terkejut namun tak urung menormalkan raut mukanya.Ia berdiri dengan tenang, dan menatap Resha tajam dan menusuk. Membuat Resha tersentak kaget. oh ayolah, Resha telah membangunkan singa yang sedang tidur.

Braga berdehem sebentar, yang malah membuat Resha semakin gugup, ia sungguh tak sadar jika yang ia bentak adalah Pria sangar ini "Lo bilang apa hm?" Ujar Braga santai namun penuh penekanan, menatap Resha nyalang.

Resha meneguk salivanya lantas menggeleng polos dengan mata yang membuat dan menggigit bibir bawahnya. Membuat para Pria disana terkekeh gemas.

Braga mematung melihat itu, sial kok lucu sih anjing?!

Sanca yang melihat keterdiaman Braga lantas menyela " Sa kamu ke kelas gih, masalah si Dera nanti abang ganti ponsel dia." Ujar Sanca mengelus puncak kepala adiknya, mencoba meredakan emosi Resha.

"Awas kalo bohong" Tunjuknya kesal lalu beralih menatap para Pria yang sedang menatapnya. Resha sempat melihat Lio yang menyengir dan melambaikan tangan, Juga Gema yang berkata hai dengan suara pelan. Begitu pun dengan yang lain.

Resha menghela nafas nya, sebenarnya malu juga ia tiba-tiba datang dan langsung marah-marah tanpa melihat suasana. Habisnya Resha sudah kelewat sangat kesal terhadap Sanca.Dan ya rusak sudah image Resha sekarang.

Resha menatap lagi ke arah Lio yang kini  tersenyum kaku, masih agak sedikit ngeri mengingat tadi Resha tiba-tiba marah.

"Hai Lio" Sapanya dengan sekejap merubah ekspresi menjadi tersenyum agak sedikit kaku sebenarnya. Entahlah, Aura Lio emang membuat Resha sedikit nyaman.

Lio menegang, Siapa yang tak kaget, tiba-tiba disapa gadis pujaan hati. Resha cepat sekali merubah suasana hatinya. Lio jadi merasa di special kan, Ya terbukti Tadi Resha marah-marah namun saat melihat Lio dia jadi seperti senang. Lio mendadak jadi percaya diri.

"Eh hai beb nya Lio" Cengirnya sambil melambaikan tangannya.

Adipati, Salah satu teman Xavier mendelik "Beb Beb, emang Resha bebek apa?" Ujarnya agak sedikit mencairkan suasana yang Sempat menegang.

"Emang, cerewet gitu" Gumam Braga yang sudah duduk tenang bermain ponsel.

Sanca mendengus tak mau memperkeruh keadaan "Jangan mulai ga" Suruh nya membuat Braga memutar bola matanya.

"Sha lo gak papa?" Tanya Xavier

"Eh ada Kak Xav, btw tadi kakak dicariin Gladis" Ujar Resha pelan menyadari kehadiran Xavier. gila apa yang udah gue lakuin?!

"Adik gue?" Tanya Benua dengan wajah datarnya

"Iya Gladis adik kakak" Ujarnya sedikik kaku, baru menyadari jika ada Kakak gadis itu disini.

"Jadi Gladis adik lo Ben?" Tanya Xavier menatap Benua terkejut

Benua mengangguk "Lo kenal?"

"Bukan kenal lagi kak Ben, mereka itu udah de-

" duduk! " Ucapan Resha terpotong dengan bersamaan tangannya ditarik oleh Braga

" Hah? "

"Duduk, jangan berdiri terus, gak pegel apa?" Ujar Braga, sedari tadi ia pusing melihat gadis cerewet bin aneh ini. Tak mau diam dan selalu membuat pikiran Braga kemana-mana. eh maksudnya ini apa?

" Perhatian banget" Sindir Varrel mengibaskan tangannya.

"Bau bau adik ipar nih" Timpal Sanca bercanda

"Apa sih ngaco" timpal Resha namun tak urung duduk disamping Braga agak menjaga jarak sedikit.

"Jadi ada hubungan apa lo sama adek gue?" Tanya Benua, ia masih penasaran mengenai hubungan ketua Pedolf dengan adiknya

"Gaada, kita cuma temen"

"Bohong" Gumam Resha pelan namun masih didengar yang lain

"Sekarang Gladis dimana?"

"Katanya cuma temen, kok sampe nanya adek gue dimana, kaya khawatir gitu lagi" Sindir Benua sambil menatap Xavier sinis

Xavier memutar bola matanya malas "Bacot lo!"

"Gladis lagi diperpus nenangin Dera, bentar lagi juga pasti nyusul kesini"

Dan tak lama kemudian

"KAK XAVIER HIKS, LO DIMANA HAH?! LO HARUS TANGGUNG JAWAB, HIKS!!"

Benua melotot "LO HAMILIN ADEK GUE SAT?!"

Haloo Tinggalin jejak ya, jangan jadi sider dong heheh.

'Love you all'

Braga (Sudah terbit) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن