16. Permulaan

85.6K 6.8K 566
                                    

Jangan lupa vote & komen!!

Karena kamu menjadi alasan kalimat ini ku tulis, hanya untuk memastikan bahwa aku setia menunggu janji mu untuk kembali.
-Secret-
...

Happy reading..
...

Pria dengan pakaian yang sudah berantakan kini duduk dipojok kamar dengan kaki kanan diangkat dan kedua tangannya menyilang sambil memegang telinga. Bibirnya mengerucut sebal, menatap tajam para pria yang sedang bersenda gurau dengan adik kesayangannya yang masih terbaring dikasur.

"Papi," rengeknya seperti anak kecil. "Pegel tau, udah kek hukumnya. Gak kasian apa sama Sanca, liat nih muka Sanca udah pucet, nan-

"Berisik ular! Resha lagi pusing, jangan bikin dia tambah pusing deh!" sentak Akes yang sedang mengelus kepala adiknya.

Sanca, pria yang berdiri dipojokan itu lantas menggeram.
"Gue bukan ular!"

"Nama lo Sanca, itu kan nama ular," jawab Akes tak mau kalah.

"Sudah, kalian ini apa tidak bisa sehari saja tidak bertengkar?" Januar menatap anak-anaknya jengah.

"Pa, kasian Bang Sanca, udahin aja hukumnya," ujar Resha pelan menatap Papanya.

Sanca tersenyum lebar. Resha memang paling pengertian di banding kedua kakak laknatnya.

"Yasudah Sanca Papa lepaskan kamu. Nanti lagi, jangan buat kegaduhan!" suruhnya dibalas anggukan semangat dari Sanca.

"AAAA MA-

BUK

"Prasanca? Rupanya kamu sedang merindukan Boyo? iya?"

Sanca yang hendak memeluk Resha langsung menegakkan badannya, menatap Januar kaget.

Boyo, adalah salah satu deretan nama yang paling keluarga Fredash hindari. Lebih tepatnya, Sanca dan seluruh sepupunya. Boyo itu merupakan tempat dimana keluarga Fredash dihukum. Tempatnya sangat terpencil, dan sangat kotor.

"E-enggak! Jangan dong pi, iya maaf. Sanca mau kalem nih." Sanca merapatkan bibirnya dan duduk anteng disamping Resha sambil menunduk.

Dia rela melakukan apapun, asal tidak dibawa ke Boyo. Disana tempatnya sangat menyeramkan, apalagi penjaga disana adalah kakeknya sendiri yang selalu membawa hewan tidak biasa. Sungguh mengerikan.

Pria yang duduk disofa hanya diam menyimak, merasa tidak mempunyai hubungan apapun dengan mereka. Ia hanya terus menatap gadis yang tersenyum dengan muka pucat dan matanya yang sayu. Ah, gadis itu sepertinya belum menyadari keberadaan Braga.

"Kita keluar sekarang. Ini sudah malam, Biarkan Resha istirahat," perintah Januar dibalas anggukan mereka. "Oh iya, saya sampai melupakan sama kamu Braga.Mari keruangan saya, saya mau bicara."

Semua tatapan disana langsung menatap ke arah pria yang sedang duduk sendiri di sofa.

"Braga?" Resha merespon dengan terkejut. Ia kira Braga tidak disini. Ada apa dia datang kesini? Oh. dan apa mereka sudah mengetahui penyakit Resha?

"Kami sudah tau sayang, kenapa kamu menyembunyikannya, hm?" tanya Januar menatap putrinya sendu.

Para pria disana mengerutkan keningnya. Bingung dengan Januar yang tiba-tiba berkata seperti itu.

Resha kembali menatap Papanya yang duduk disampingnya. Ah, ia melupakan sesuatu. Papanya ini bisa membaca pikiran seseorang. Lain kali, ia harus berhati-hati.

Braga (Sudah terbit) Where stories live. Discover now