6. Dia Berubah

104K 8.5K 773
                                    

Jangan lupa vote komen...
.
.
.
...

"Mau kemana lo?"

Resha yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya begitu mendengar suara.

"Mau ke minimarket sebentar, Resha pengen beli es krim."

Sanca yang baru saja pulang sekolah, menyimpan tas sembarang dan menghampiri Resha. Ia menarik lengan adiknya.

"Gue anterin ayo," ajaknya.

"Eh gak usah! Abang baru pulang sekolah, pasti capek, Resha bisa sendiri kok, lagian minimarketnya deketkan."

"Kamu peka banget, tau aja Abang cuma basa basi doang. Hari ini cape banget anjir, aduh rindu kasur rasanyaaaa!!!!" Sanca meregangkan ototnya dan kembali mengambil tas.

Resha mendengus menatap punggung Sanca tajam. Memang menyebalkan sekali Kakak ketiganya itu. Ia pun berlalu dengan wajah kesalnya.

Ia menatap komplek perumahannya yang lumayan sepi. Dirinya sengaja memelankan langkahnya karena memang ia sangat ingin berlama lama di luar. Untuk menenangkan pikirannya yang hari-hari ini sering merasa tidak aman dan ia selalu merasa mimpi buruk yang dulu ia kubur, mulai muncul kembali.

Ditengah perjalanan Resha dikagetkan dengan tepukan bahu dibelakangnya. Kepalanya menoleh untuk melihat siapa orang tersebut.

Entah mengapa Tubuhnya langsung menegang, juga matanya membulat sempurna. Terkejut melihat siapa orang tersebut. Kenapa dia ada disini? Bukan kah dia sudah pergi? Lalu, siapa yang ada didepannya sekarang?

Orang itu tersenyum miring. Lebih mendekat ke arah Resha. Dan hendak memegang bahu gadis itu, namun dengan cepat Resha menghindar.

"Ga-Gana?" cicit Resha tidak percaya, kakinya berjalan mundur.

"Iya, ini gue. Fatamorgana Dertion, kenapa? Kaget hm?" Pria tersebut tersenyum sinis dan kembali mendekat dan berhasil mencengkram bahu Resha.

Resha meringis begitu merasakan sakit di bagian bahunya.

"Le-lepasin."

Gana langsung mengangkat tangannya di udara.

"Sorry, udah lama sih gue gak nyakitin Lo,jadi refleks kan." Melihat raut wajah Resha yang memucat Pria itu langsung tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

"Eh lo jangan salah paham, maksud gu--"

"Kenapa lo bisa ada disini?" Resha memotong ucapan pria itu dan matanya sudah berkaca-kaca.

Gana sempat terdiam, lalu tertawa hambar. "Kangen, Maybe?"

Resha lagi dan lagi berjalan mundur dan mengenggam ujung bajunya erat. Menahan rasa takut yang begitu dalam.

"Ja-jangan sakitin gue lagi Gana! Bukanya lo udah mati?"

"Omong kosong darimana itu? Gue ada disini, berjuang untuk lo, dan hidup bersama lo."

Tubuh Resha menegang dan tak lama air matanya meluruh begitu saja. "lo gila!"

Gana tiba-tiba menjadi merasa emosi dan langsung menarik lengan Resha dengan erat.

"Ikut gue! Kali ini gue gak bakal lepasin Lo!"

Resha meronta sambil sesekali berteriak minta tolong. Tapi hasilnya nihil, tak ada seorang'pun disana.

Bugh.

"Bangsat lepasin dia!" Seseorang menendang perut Gana tiba tiba. Karena gerakan refleks Gana langsung tersungkur dan jatuh diaspal.

Braga (Sudah terbit) Kde žijí příběhy. Začni objevovat