20. Playing The Game

74.3K 6.5K 480
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

Sebuah pertemuan tanpa disengaja. Berakhir dengan Perpisahan tanpa Diduga.
-Mynoteday-

.......

Di sebuah ruangan gelap seorang gadis dengan pakaian yang sudah lusuh terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya remang-remang disudut ruangan. Ruangan ini begitu sepi, tak ada siapapun selain dirinya sendiri.

Resha, gadis itu menegakkan badannya. Mengucek matanya, dan menatap ruangan sekitar.

Resha menatap pergelangan tangannya yang memerah. Untung saja, Pria yang tidak ia kenali itu tidak mengikatnya dikursi. Malah sekarang, ia duduk di sofa dan ada makanan di meja sudut ruangan. Tak ada yang spesial dalam ruangan ini. Hanya Sofa yang ia duduki, kursi kayu dan meja yang berada disudut ruangan yang disertai lampu remang-remang.

"Hai."

Resha tersentak dan menatap takut pria diambang pintu.

"Sudah sadar..." Pria tersebut menghampiri Resha dan memegang dagu Resha erat. "....kekasih Braga?"

......

"Bentar,"

Para pria yang ditugaskan ikut bersama Braga menoleh, mendengar Braga yang berbicara.

"Kenapa?" tanya Akes

Braga mengusap wajahnya kasar, setelah membaca sebuah pesan masuk.
"Lo semua tunggu di luar, jangan ada yang masuk."

Akes, Aka dan Jeno yang sedari tadi bersamanya lantas menatap Braga tajam.
"Apalagi kali ini?"

"Kecurigaan kita salah, orang itu jadiin Resha tawanan ternyata buat mancing gue."

Bugh

"Lo ada masalah apa sama Gana anjing?!" Aka memukul tepat di pipi Braga.

Braga mendengus. "Bukan Gana yang nyulik Resha!"

Akes mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"

"Gue jelasin nanti, gue masuk dulu." Braga berjalan melewati Jeno, ia menepuk bahunya pelan. "Pantau seluruh orang yang menurut lo mencurigakan disekitar sini. Kalian pantau dari luar."

Braga berjalan meninggalkan mereka. Ia berbalik sebentar.
"Untuk anggota Astercyo sama anak buah lo, suruh mereka nunggu bareng kalian. Tunggu gue ngasih aba-aba!" Setelah mengucapkan itu Braga mulai berjalan memasuki gedung tua.

Akes mengacak rambutnya frustrasi.
"Gue gak paham sama tuh orang! Ini sebenarnya ada apasih?"

Jeno menepuk bahu Akes. "Nanti juga dia jelasin. Yang bikin gue bingung, bukannya Gana yang bawa Resha waktu di halte ya?"

Akes mengangguk. "Kita keluar sekarang, sebelum mereka curiga." Akes menatap Jeno "Lo telpon anggota lain sesuai suruhan Braga, anak buah gue biar gue yang atur."

Mereka pun berjalan secara diam-diam agar tidak diketahui pengawal yang menjaga gedung tua itu. Untung saja pengawal itu sedang tidur , huh, pengawal macam apa itu?

Rencana yang sudah mereka buat dengan matang, nyatanya gagal dengan satu fakta yang masih membuat mereka bingung.

Braga memasuki gedung tua tersebut. Di depan sana, Beberapa pengawal sudah datang menyambutnya.

"Mana bos kalian?" tanya nya tenang tanpa emosi sekalipun.

Salah satu pengawal disana yang mungkin seorang ketuanya, tersenyum sinis.
"Kita sebenarnya pengen banget mukul muka kamu, tapi sayang. Bos kami melarangnya."

Braga (Sudah terbit) Where stories live. Discover now