31. BOY WITH THREE SLOGANS

261 29 3
                                    

"Sebuah hubungan dapat dikatakan sebagai hubungan ideal jika cinta yang mendasari keberadaan hubungan itu sama dengan rasa saling percaya yang digunakan untuk mempertahankan hubungan itu"

-->>🌟<<--

Saat bell pertanda waktu pulang sekolah berbunyi. Vanessa langsung menyeret Semi ke tempat yang dia inginkan. Gadis itu tidak memberi kesempatan sedikitpun untuk Semi menemui Rizukiana. Dan kini kedua orang itu tengah duduk di Cafe Aliferdian.

Sedari tadi Vanessa terus mengoceh di samping Semi. Padahal cowok itu sama sekali tidak mendengarkan apa yang dia ocehkan dan hanya fokus ke layar ponselnya. Namun Vanessa tidak mau menyerah dan terus memaksa Semi untuk membalas ucapannya.

"Semi! Kok diem aja? Kamu dengerin aku gak sih?"

Semi menghela nafas panjang. Cowok itu memasukan ponsel ke saku celananya lalu menghadap ke arah Vanessa. Dia memberikan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Sebuah tatapan yang tidak terlihat mengintimidasi ataupun senang. Hal yang membuat Vanessa yang sedari tadi mengoceh kini terdiam.

"Lo bener-bener cewek yang keras kepala ya, Vanessa" ujar Semi dingin.

"K-Kok kamu ngomongnya gitu?"

Jika kalian bertanya-tanya kenapa Semi mau saja menerima keinginan Vanessa untuk bersama dengan gadis itu selama seharian penuh. Maka kalian salah besar. Karena saat ini Semi benar-benar sangat muak dengan segala tingkah yang Vanessa lakukan.

Tapi Semi tidak selalu menjeplakkan emosinya tepat di hadapan orang yang menjadi penyebab emosi itu. Itu bukanlah dirinya. Meski begitu dia masih tidak habis pikir kalau Vanessa akan meminta sesuatu yang tidak pernah dia duga tepat di hadapan Rizukiana. Semi bertekad saat ini juga dia harus menyelesaikan problem tentang rasa obsesi Vanessa terhadapnya.

"Sebenernya maksud lo ngelakuin ini tuh apa sih? Berharap gue ngebales perasaan lo?" tanya Semi.

"Semi, kamu jangan giniin aku dong. Aku ngelakuin semua ini karena aku sayang kamu. Aku gak mau kamu berhubungan sama orang luar yang gak diketahui identitasnya" lirih Vanessa.

"Orang luar yang lo maksud tadi itu pacar gue Vanessa!"

Vanessa menunduk dan memejamkan matanya. Nada suara Semi semakin lama semakin terdengar dingin dan menyeramkan.

Semi memanglah cowok hangat yang humoris. Dia juga ceria dan selalu bisa membuat orang lain tertawa bahagia. Meski begitu Semi tetaplah seorang manusia. Ada kalanya suara hangat yang sering dia perdengarkan kepada orang lain berubah menjadi suara penuh intimidas. Dimana setiap kalimatnya sangat pedas dan menyakiti hati.

Jika dia merasa kalau ada seseorang yang sangat mengganggu kehidupannya atau membuatnya risih setengah mati. Semi bisa atau lebih tepatnya akan membungkam mulut orang itu tak peduli selicik, sekejam, atau semengerikan apa pun cara yang dia gunakan. Jangan bermain-main dengan seorang Semi.

"Lo tau kan kalau gue bisa baca pikiran orang lain?! Selama ini gue selalu baca pikiran lo dan tau gimana perasaan lo ke gue. Kalau lo terus berharap suatu hari nanti gue ngebales perasaan lo dan sampai sekarang hal itu masih belum terjadi. Harusnya lo ngerti kalau gue sama sekali gak punya keinginan buat bales perasaan lo!" ujar Semi.

Ditengah rasa takutnya saat berhadapan dengan Semi yang berbeda di matanya. Vanessa masih menyempatkan diri untuk membantah ucapan cowok itu.

"Aku itu sayang sama kamu! Emangnya mencintai dan menyayangi seseorang itu salah?!" tanyanya.

"Tapi gue gak sayang sama lo Vanessa! Rasa cinta yang lo sebutin tadi itu bukan cinta betulan, tapi lebih tepat disebut sebagai obsesi! Kalau lo sama sekali gak ngerti tentang hal itu, lo sama aja kayak cewek manja yang suka berbuat seenaknya!" sarkas Semi.

MY SWEET BOYFRIENDWhere stories live. Discover now