6. RASA TAKUT YANG MENYIKSA

770 84 58
                                    

"Sesudah kesulitan ada kemudahan"

-->>🌟<<--

Jangan bunuh aku!!
Tolong!!
Jangan ambil jantungku!
Sakit sekali!
Jangan sakiti aku!!
Cukup! Jangan siksa aku lagi!
Tolong aku!

Darah, tangan, kaki, organ dalam, jenazah, senjata tajam, serta alat medis. Benda-benda itu tertangkap jelas oleh indera penglihatan Semi. Semuanya terpisah dan berserakan di setiap sudut ruangan yang ia tempati.

Keringat mengucur deras di tubuh Semi. Rasa takut menjalar di setiap inci saraf yang ada dalam tubuhnya ketika dia melihat begitu banyak anak seusianya yang tersiksa di ruangan itu.

Jantungnya berdebar hebat, seolah ingin meledak di tempatnya. Pemandangan mengerikan ini telah membangkitkan keinginan dalam diri Semi untuk pergi sejauh mungkin.

Namun dia semakin khawatir karena tubuhnya tidak bisa digerakan. Sampai akhirnya dia sadar kalau tangan dan kakinya diikat dengan kuat oleh benda berbahan logam. Sehingga kemungkinan dia bisa kabur sangatlah minim.

Hati dan logikanya langsung berdebat. Mempertanyakan apakah dirinya akan selamat? Atau berakhir tersiksa seperti anak-anak yang lainnya?

'Semi...'

Semi tersentak ketika dia mendengar suara lembut yang sangat familiar di telinganya. Perlahan dia mendongkak dan matanya langsung melebar sempurna.

"B-Bell?"

Seorang gadis kini tengah berdiri di depan Semi, menatap cowok itu dengan tatapan teduh. Semi terhenyak ketika dia melihat lengkungan manis di kedua sudut bibir gadis itu disertai dengan darah yang merembes diwajah dan anggota tubuhnya yang lain.

'Selamat tinggal... Semi...'

"Jangan! Bell! Jangan pergi!"

Tubuh Semi bergetar hebat. Terutama saat dia melihat gadis di hadapannya diseret secara paksa oleh orang-orang berjas putih yang memakai masker.

"TIDAK! JANGAN PERGI BELL! JANGAN TINGGALKAN AKU!"

'Semi.... '

Suara panggilan dari gadis tadi terus berdengung di telinga Semi. Nafasnya mulai tak beraturan dan dadanya bergerak naik turun.

'Semi... '

Sekalipun Semi menutup kedua telinganya dengan kuat. Suara-suara itu malah semakin menyiksa raga dan mentalnya.

"KAK SEMI!"

"Arrrghhhh!"

Semi terbangun dari tidurnya, cowok itu langsung mendudukan tubuhnya di kasur dengan nafas yang terengah-engah. Matanya melirik ke samping, disana ada Rilla yang masih terkejut karena teriakan keras dari Semi.

Cowok itu memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ternyata semua yang telah dia alami tadi hanyalah mimpi. Mimpi yang berhasil menyiksa raga dan mental Semi secara keseluruhan.

"L-Lo kenapa Kak? Jangan bikin gue takut" lirih Rilla.

Semi yang masih berusaha menetralkan nafasnya hanya menggeleng. "Gue gak papa, cuma mimpi buruk..."

MY SWEET BOYFRIENDWhere stories live. Discover now