16. RINDU YANG BERSUARA

473 50 105
                                    

"Gue ngerasa posisi gue sekarang ibarat mad aridh lissukun. Walaupun gue hidup, karena posisi gue yang ada di akhir dan didahului orang lain, pada akhirnya gue dianggap mati"

-->>🌟<<--

Detik berganti detik. Waktu terus bergulir diiringi percikan rindu yang menerpa hati seorang gadis. Terhitung 2 minggu sudah Rizukiana hidup tanpa kehadiran Semi. Dering ponsel yang biasa terdengar di 4 waktu setiap sehari pun mendadak hening seolah kehilangan suaranya.

Sejak kejadian di taman belakang sekolah, Semi benar-benar telah pergi dari kehidupan Rizukiana. Dia tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia akan kembali seperti semula hingga hati Rizukiana semakin resah dibuatnya.

Cowok itu terlihat sangat enggan diajak bertatap muka dengan Rizukiana. Bahkan ketika Rizukiana mendekat pun dia malah menghindar sejauh yang dia bisa. Seakan-akan waktu yang sudah mereka habiskan bersama tidak benar-benar terjadi dan hanya berperan sebagai angan-angan semata.

Sedih, sakit, menyesal, dan hampa. Keempat rasa itu kini telah berbaur dan mencoba bersinkronasi di hati Rizukiana. Membuat perasaan gadis itu semakin kalut dan tidak tertata. Terlebih lagi statusnya yang bukan siapa-siapa di kehidupan Semi kini sudah memicu perang antara dirinya melawan rindu yang mendadak punya suara.

Rizukiana rindu. Sangat-sangat rindu. Dia rindu celotehan Semi yang selalu bisa mengukir lengkungan tipis di kedua sudut bibirnya. Dia rindu suara Semi yang selalu bisa memotivasi jiwa dan raga orang-orang di sekitarnya. Dia rindu segala sesuatu yang ada kaitannya dengan Semi.

Disinilah dia berada. Duduk menyendiri di sebuah bangku yang terletak di depan Laboratorium Famor Alteiraski. Dia tengah menunggu seseorang yang sedang melaksanakan praktek Kimia. Kalian pasti bisa menebak siapa orang itu. Siapa lagi kalau bukan Semi?

Setiap hari Selasa dan Jumat, satu jam sebelum istirahat Semi selalu diberi tugas khusus oleh guru Kimia-nya di Laboratorium. Disaat yang bersamaan, Rizukiana mendapat mata pelajaran ekonomi oleh Pak Otong. Dikarenakan guru itu sangat jarang masuk ke kelasnya, Rizukiana pun sering menghabiskan waktu untuk menunggu Semi sampai jam istirahat.

Meskipun kehadirannya nampak sangat tidak diharapkan oleh Semi. Rizukiana tetap teguh pada pendiriannya untuk terus menunggu Semi. Dengan harapan kalau cowok itu mau mengobrol dan meluruskan semua yang telah terjadi sampai sekarang.

Tapi realita tidak selalu sesuai dengan ekspetasi. Saat Semi telah menyelesaikan tugasnya dan keluar dari Laboratotium, dia sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Rizukiana. Sekali pun tidak pernah. Hal itu tentunya membuat batin Rizukiana semakin tersiksa. Tapi gadis itu tidak ingin menyerah begitu saja, dia yakin kalau suatu saat Semi pasti akan kembali menoleh ke arahnya sama seperti dulu.

Saat Rizukiana sedang sibuk bertempur dengan pikirannya. Suara pintu yang terbuka telah berhasil menarik seluruh perhatian gadis itu agar kembali ke tempat semula. Dia menoleh ke arah samping dan beberapa detik kemudian tatapannya langsung bertemu dengan manik hitam cowok yang kini tengah memasang wajah tanpa ekspresi.

Di saat-saat seperti ini mata Semi selalu bisa membuat mulut Rizukiana seolah kehilangan fungsinya dalam bersuara. Gadis itu hanya memandangi Semi dengan lekat. Seakan-akan ia lupa dengan tujuannya duduk menyendiri di depan Laboratorium.

Helaan nafas terdengar dari mulut Semi. Cowok itu memutuskan tatapan tadi secara sepihak lalu bergumam pelan.

"Dari pada lo buang-buang waktu disini buat ngelakuin hal yang gak guna. Lebih baik lo belajar dan urus diri sendiri"

MY SWEET BOYFRIENDWhere stories live. Discover now