Tridasa (13)

11.7K 1.4K 31
                                    

Gadis bermata tajam.


K

ejadian penyusup kemarin membuat Dyah di interogasi habis-habisan oleh Maha Patih. Bukan Dyah namanya jika tidak bisa membangkang, lagi pula dirinya harus cepat pulang ke jaman asalnya.

Entah bagaimana keadaan neneknya jika mengetahui dirinya mati tenggelam, atau papanya yang semakin bersalah?

"Sedang apa kamu di sini?" suaranya begitu halus memasuki telinga Dyah.

"Mencari buruan," balas Dyah yang enggan menoleh.

Wajar jika dirinya tidak betah, ini bukan jamannya dan wanita di larang memegang senjata. Peraturan macam apa itu, pikir Dyah saat di interogasi.

"Kamu tahu, belum ada yang berani melawanku atau memberi tatapan tajam seperti itu," ucap Hayam Wuruk kepada Dyah yang masih tidak menoleh padanya.

Wanita dihadapannya sungguh keras kepala.

"Belum ada pula yang berani mengangkat senjata seperti mu-"

"Langsung saja ke intinya, anda ingin mengusir saya?" tanya Dyah.

"Ataupun berani memotong ucapan seorang Raja." Dyah berbalik dan memandang Hayam Wuruk.

Pakaian Jawa yang melekat di keduanya terlihat serasi, semua yang berada di dalam kerajaan menganggap Dyah juga seorang bangsawan karena namanya.

"Nama kamu cocok dengan watak kamu," ucap Hayam Wuruk. Dyah hanya mengangkat alisnya menandakan bahwa dirinya tidak mengerti.

"Dyah Dinandra, Perempuan pemberani." Jelas Hayam Wuruk.

"Namaku Dyah Chesalia Dinandra, ada 3 kata!" ketus Dyah.

Hayam Wuruk terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Dyah. Kakinya melangkah mendekati pagar lalu menoleh ke arah Dyah kembali.

"Aku suka nama itu, Chesalia terlalu rumit dan asing."

"Terserah dirimu saja!"

"Mau keliling? Meskipun kamu orang asing, setidaknya kamu adalah tamu."

"Tawaran yang menarik."
***

Selama mereka yang Dyah lihat adalah pemandangan alam yang begitu asri, udara pun begitu bersih. Penduduk yang melihat mereka berdua selalu menunduk, bahkan Hayam Wuruk sendiri ramah terhadap mereka.

Saat sedang asik melihat pengerajin patung, seorang pengawal tergopoh-gopoh menghampiri mereka berdua.

"Ampun paduka, Ratu Tribhuwana Tunggadewi sudah menunggu paduka di istana," ucapannya yang segera Hayam Wuruk angguki.

Dyah yang mendengar hal itu berpikiran bahwa Hayam Wuruk adalah playboy.

"Udah punya istri masih aja ngajakin jalan, dasar cowok," batin Dyah yang mengalihkan pandangannya pada patung-patung di sana.

"Ekhem, mau ikut kembali atau kamu masih mau lihat-lihat desa?" tawar Hayam Wuruk.

"Untuk? Sudahlah istrimu sudah menunggu," ucap Dyah yang melangkahkan kaki menjauh.

"Istri?" Gumam Hayam Wuruk yang tidak mengerti.

Tanpa aba-aba dirinya segera mengejar Dyah untuk membawanya kembali ke istana.

VilvatiktaWhere stories live. Discover now