28

2K 179 29
                                    


Zaki membuka pintu apartemen. Ruangan itu gelap gulita dan membuat dadanya terasa sesak. Tak ada Ulfa yang menyambutnya dengan senyuman manis dan bertanya masakan apa yang ingin dimakannya.

Zaki menutup pintu kemudian berlalu ke ruang tengah. Setelah menyalakan beberapa saklar lampu, dia duduk dengan nyaman di atas sofa. Pria itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Acara drama Korea favorit Ulfa sedang disiarkan sekarang.

Zaki meraih remote lalu menyalakan TV. Tangannya memindahkan saluran pada drama Korea dan menatapnya tanpa minat. Zaki tak pernah tertarik menonton acara itu sebelumnya. Dia bahkan sering berdebat kecil dengan Ulfa karena lebih memilih pertandingan bola. Kini Zaki benar-benar merindukan masa-masa itu.

Zaki membenamkan wajah pada kedua telapak tangan. Dia mengira dia akan dapat melupakan segala kenangan tentang Ulfa begitu pindah rumah. Ternyata memori itu tetap saja menyiksanya hingga detik ini. Pria lalu teringat pada pembicaraan terakhirnya dengan Vian di ruang kerja Vian tadi. Dia mengigit kuku jarinya.

"Apa dia tahu?" gumamnya. Pria itu termenung sejenak kemudian menggeleng.

"Nggak, dia pasti belum tahu. Jika dia tahu apa yang kulakukan pada keponakannya aku pasti sudah ditendang."

Zaki bangkit dan menuju dapur. Dia butuh secangkir kopi untuk menenangkan pikiran. Dia melewati tumpukan kardus di sudut dapur. Kardus-kardus itu berisi benda peninggalan Ulfa. Barang-barang itu sudah tak berguna, namun Zaki tak dapat membuangnya.

Setelah selesai menyedu kopi, dia berbelok dan menatap kardus-kardus itu sejenak. Mungkin sebaiknya dia mengenyahkan barang-barang ini. Zaki membuka salah satu kardus yang berlabel buku. Ulfa sangat senang membaca, sehingga wanita itu memiliki banyak sekali koleksi buku.

Zaki mengeluarkan buku-buku itu dari kardus dan mulai memilah-milahnya. Mata pria itu lalu berhenti pada sebuah notes bersampul ungu yang manis. Notes itu dikunci dengan sebuah gembok yang memiliki nomer kombinasi. Zaki tertegun menatap benda itu.

Dia kembali duduk di ruang tengah sembari mengamati gembok dengan kombinasi angka yang terpasang pada buku diary milik Ulfa. Zaki mencoba beberapa nomer kombinasi seperti ulang tahun Ulfa, ulang tahunnya, dan ulang tahun pernikahan mereka. Tak satu pun kombinasi nomor-nomor itu berhasil membuka gembok. Zaki termenung sejenak dan menyesap kopinya. Dia lalu memainkan kombinasi angka lain pada gembok itu, kali ini terdengar bunyi klik! Gembok pun terbuka.

"Begitu ya, jadi ulang tahun Pamanmu," kata Zaki lirih. Terselip rasa iri di hatinya saat sadar istrinya lebih menyayangi Pamannya ketimbang dirinya, sebagai suami.

Zaki membuka lembar demi lembar buku diary. Beberapa tulisan membangitkan kenangan yang membuat matanya mulai berkaca-kaca. Ulfa menuliskan dengan detail pertemuan pertama mereka serta rasa kagumnya pada Zaki. Ulfa menuliskan banyak sekali hal tentang Zaki. Hampir separuh dari isi diary itu berisi tentang dirinya.

Ketika membuka lima halaman terakhir dari dari diary tersebut, mata Zaki membelalak. Dia lalu membuka lembar demi lembar selanjutnya dengan lebih serius. Pria itu tersentak saat membaca halaman terakhir.

Kalimat yang dituliskan Ulfa di sana membuat Zaki tergemap. Dia segera bangkit dan mengambil kunci apartemen. Dia menyusuri lorong lalu memasuki lift. Dia berpapasan dengan Ali, si security yang masih muda. Penjaga keamanan tersebut menyapanya dengan santun. Zaki hanya menjawabnya dengan anggukan sekilas.

Dia memencet tombol menuju lantai satu sambil menjawab pertanyaan basa-basi dari security itu. Begitu pintu lift terbuka. Zaki mempercepat langkah keluar gedung apartemen. Dia berhenti di sebuah sudut taman yang sepi. Zaki berjongkok lalu mengeluarkan pematik dari sakunya. Api dari pematik itu melahap buku diary Ulfa.

Zaki melemparkan benda itu ke tanah. Matanya menatap nanar api yang menyala-nyala dan membakar habis seluruh kenangannya bersama Ulfa.

***
Terima kasih atas Votes dan komennya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rewrite memories (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang