23. Bukan mimpi!

255 21 5
                                    

Minggu, 10.00 WIB.

Seseorang tengah duduk di kursi depan rumahku, menatap ke layar handphone. Dari kejauhan aku tak nampak, mendekat dan mendekat ternyata itu Reno.

Ohya aku belum kasih tahu kalian, aku habis jogging guys, terus karena aku lelah makanya aku pulang hehe.

"Reno?"

Tersentak ia berdiri dan menyimpan handphone miliknya ke saku celananya.

"Kamu ngapain? Tumben pagi-pagi gini, ada apa Ren?"

"Nggak papa, gue mau ajak lo jalan-jalan. Gimana maukan?"

"Emmm,"
"Maukan?"
"Iya deh, yauda aku siap-siap dulu ya,"

Langsung saja aku mandi dan memilih baju. Setelah semuanya selesai, aku menemuinya.

"Sudah," kataku dan Reno beranjak dari tempat duduknya.

Hari ini Reno membawa motornya. Dilihat dari jalannya dan bacaan didepan gedung besar itu sepertinya ini mall.

Reno memarkirkan motor disana sedangkan aku menunggu sedikit jauh dari tempat itu. Aku merasakan jantungku berdegup kencang, padahal aku sering melihatnya dan ini bukan pertama kalinya aku berada didekatnya.

Setelah selesai, Reno berjalan ke arah pintu utama, ia berjalan melewatiku. Aku masih melamun, nggak tahu melamuni siapa.

Tanpa sadar, bahuku di pukul pelan olehnya.

"Lo masih betah disini? Disini panas, nggak mau masuk?" Katanya.
"Oh-y-yaa aku mau masuk,"

Reno berjalan didepan dan aku sebagai buntutnya.

Tiba-tiba Reno berhenti berjalan, spontan aku juga ikut berhenti.

"Ada apa?"
"Jalannya disamping gue jangan dibelakang gue,"

Aku menjawab perkataannya dengan satu alis ku naikkan.

"Udah cepetan," tanganku ditarik paksa olehnya. Posisiku sekarang sejajar dengannya, bukan sejajar lagi namun tanganku digenggam olehnya.

Seraya berjalan, aku menatap Reno. Tangannya hangat menggenggam tanganku padahal disini dingin AC.

Sampai akhirnya ia berhenti di sebuah toko pakaian, dan aku diperintahkannya untuk masuk kedalam, namun aku menolaknya.

"Masuk Nin, pilih aja entar gue yang bayar kok," katanya.
"Nggak, aku nggak mau Ren,"

Dengan kesalnya ia menarikku masuk kedalam toko. Ini mirip seperti mimpiku waktu itu. Namun itu mimpi, dan nggak bisa jadi nyata. Tapi ini apa?

"Selamat datang di toko kami pak bu, silahkan dilihat-lihat dulu, kami harap bapak ibu menyukai pelayanan kami,"

"Mbak saya masih gadis, jangan panggil ibu, panggil kakak aja. Ibu itu ketuaan," kataku. Yakali aku dipanggil ibu nikah aja belum.

"Maaf bu, eh maksud saya kak,"

Aku kesal dengannya, dengan tidak senang tangan kulipat di dada dan juga memasang wajah cemberut.

"Mbak pilih selera mbak aja terserah berapa banyak, saya dan gadis ini menunggu disini," kata Reno. Ini seperti mimpi, tapi ini nyata ini benar-benar nyata!

"Baik, silahkan anda duduk disebelah sana,"

Reno menuntun aku duduk disana. Sampai di tempat, ia bermain dengan benda kecil itu tangannya menari-nari di atas layar handphone. Dia menganggap aku tidak ada disini. Aku menarik nafas dalam-dalam, dan mengembuskannya dengan kasar. Lebih baik aku melihat-lihat suasana dari sini.

Cupu-cupu Nina [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang