7. Mengenal Reno

395 53 24
                                    

Sejak peristiwa itu aku tidak sudi melihat wajahnya itu, aku sudah muak!

"Ok anak-anak pelajaran sudah selesai, kalian bisa istirahat"
"iya pak"

Pria itu beranjak meninggalkan tempat duduknya lalu keluar sendirian.

"Wait! Sendirian? Dia itukan tampan tidak dia tidak tampan! Maksudku dia itukan kaya, terkenal, kenapa selalu sendiri? Apa dia tidak mempunyai teman? Atau dia tidak ingin berteman dengan yang lainnya? Aaaaahhh! Bukan urusan aku juga!" Batinku

"Bodoh ah" ucapku pelan, lalu aku keluar untuk membeli makanan, dan mengisi perutku yang sudah lapar sekali.

"Apa lo liat-liat!"
Aku langsung menatap kedepan

"Dasar cupu!" Ucap Aurel "Eh! Pr kita jangan lupa lo kerjain!" Lanjutnya

Aku mengangguk. Dan aku buru-buru ingin ke kantin, karena pr mereka sudah aku siapkan waktu pelajaran bapak itu tadi.

🌿🌿🌿🌿🌿

Seperti biasa kantin selalu ramai, sampai susah untuk mengambil 1 buah makanan saja.

"Hai Nin"
"Eh kamu.. aw pelan dong" ya salah satu dari mereka menginjak kakiku karena sangking ramainya.

"Nin ambil dua ya untuk aku satu"
"ok"

"Huh akhirnya" legahku. Makanan sudah ditangan. "Nih" makanan ku berikan untuknya.

"Terima kasih Nina yang baik"
"Sama-sama, capek aku tuh, setiap hari mau makan harus susah-susah dahulu, makan kemudian... Huh"
"Yauda ayo kita makan. Di lesehan aja ya"
"Ok, let's go! Buruan udah laper banget aku Fir"

10 menit lagi waktu istirahat selesai, beruntung kami berdua sudah siap makan.

"Nin, kamu bawak minum tidak?"
"Ada, tapi dikelas"
"Kalau dikelas sih aku juga ada, aku lupa tadi bawaknya"
"Udalah, lagian bentar lagi kita masuk kelas"
"Yauda deh"

Hening

"Eh Nin, itu si Reno kenapa selalu sendiri ya, padahalkan dia tampan, gayanya juga ok. Kamu tau tidak dia kenapa seperti itu?"

"Ohh namanya Reno, ternyata namanya Reno,ooo" batinku

"Nin!"
Aku terbangun dari lamunanku. "Apa ada apa? Tadi kamu nanya apa Fir?"

"Ya ampun" Fira menepuk dahinya.
Jadi, daritadi Fira ngomong apa Nina tidak mendengarkannya?

Aku hanya menyengir, menampakkan gigiku yang rapi, dan putih, menyipitkan mata dan tersenyum.

"Itu loh...." Perkataan Fira terpotong dengan suara bel masuk kelas. Menandakan waktu istirahat sudah selesai. "Ya sudah lain kali saja aku bertanya, aku masuk ke kelas dulu, see you Nina" pamitnya, kemudian dia bangkit dan perlahan punggung wanita itu menjauh.

🌿🌿🌿🌿🌿

Aku melangkah memasuki kelas dan berjalan melewati pria itu. Kali ini aku tidak ingin melihat pria itu, aku sudah muak! Semenjak kejadian itu, I hate you!

Bruk!
Aurel membanting tangannya di mejaku. Apa itu tidak sakit?

"Mana tugas kita, cepetan sini, udah lo kerjainkan? Buruan cupu! Ntar si tua bangka keburu masuk kelas"

Aku cepat-cepat mengambil buku mereka yang terletak didalam laci meja. Dapat!
Aku berikan buku itu pada mereka dengan lembut.

"Sini" Dina mengambilnya dengan kasar. Aku tersentak, dia mengambil buku itu terlalu kasar. Tanpa berterima kasih mereka pergi begitu saja, dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Sekilas aku melihat pria menjijikkan itu menoleh sedikit kearahku. Dan ketahuan, pria tersebut langsung mengubah posisinya kesemula yap! Menghadap kedepan.

"Cihh, dasar" gumamku.

"Selamat siang anak-anak"
"Selamat siang Bu"
"Baiklah, silahkan kumpul tugas yang ibu berikan semalam. 1... 2...."

Astaga guru ini membuatku pusing, ini terlalu membuatku kesusahan. Aku sangat benci seperti ini. Murid menjadi tabrak-menabrak.

"3. Jangan ada yang mengumpulkan lagi"

Beruntung semua sudah mengumpulkan tugasnya.

"Buka buku paket kalian halaman 34 tentang trigonometri, nanti ibu tanya satu persatu, kalau tidak bisa menjawab akan diberikan hukuman" perintah Bu Merri

Kamipun membaca buku kami, tetapi ada beberapa siswa yang tidak membacanya, dia memilih tidur, ada yang memainkan gadgetnya, dan ada yang bercerita.

5 menit kemudian.
"Baiklah, tugas kalian sudah ibu periksa, dan yang nilai 100 hanya 1 orang, kalian pasti sudah tau itu bukan?" Ucap ibu Merri. Aku penasaran, siapa?

"Reno Pamungkas Adijaya. Silahkan kedepan dan ambil bukumu"

Kemudian dia berjalan kedepan mengambil buku itu dengan wajah biasa aja. Apa dia sering mendapatkan nilai bagus?

"Astaga, ternyata bukan hanya tampan, kaya, dia juga pintar ya, beruntung sekali wanita yang bersama dia sekarang" batinku.

"Anina Ditasya" Dalam lamunanku aku terbangun karena namaku dipanggil untuk mengambil buku disana.

"Iya bu"
"Melamuni siapa kamu?"
"Tidak ada bu"

Aku mengambil buku dan kembali ketempat duduk. Dan melirik pria itu tentunya.

Wait! Kenapa? Aku sudah muak lihat wajah dia, kenapa sekarang aku melihatnya? Astaga Nina.

Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat, berharap isi kepalaku tidak lagi dia.

Cupu-cupu Nina [ On Going ]Where stories live. Discover now