8. Cinta membuat mimpi

369 52 25
                                    

Kurebahkan tubuhku ke kasur, terlalu lelah diri untuk hari ini. Setelah aku pikir-pikir, aku tidak pantas sekolah disitu. Lihat mereka, branded semua. Sedangkan aku? Aku merendah.

Tok tok tok!
Tok tok tok!

"Sebentar" aku bangkit segera membuka pintu dan.... "Kamu?" Heranku

"Hai, boleh aku masuk? Aku ingin bicara padamu,"
"Bo..bolehh" jawabku dengan wajah yang heran, gugup juga iya.
Kemudian dia masuk, dan duduk di kursiku yang tidak sebanding dengan kursi dirumahnya.

"Aku buatkan teh?"
"Oh tidak terima kasih, aku hanya ingin berbicara padamu, soal........tadi pagi," nadanya merendah ketika mengucapkan 'tadi pagi'.

Dan aku hanya diam, memandang lantai yang hanya dibuat tanpa keramik. Daripada harus mengganti lantai, alangkah baiknya uang tersebut untuk biaya sekolahku dan kuliahku nanti.

"Aku minta maaf, perkataan aku tadi ke lo kasar banget, pasti lo sakit hati, yakan?" Aku tetap diam. "Emm sebagai gantinya yuk kita ke mall?" Ajaknya. Sontak aku langsung berkata.

"Ha?!"

"Udah ayo," tanganku ditarik oleh tangannya yang berkulit putih kemerahan menuju kedepan. Dan aku hanya bisa mengikutinya saja.

Sampai didepan, aku sangat terkejut. Sampai-sampai aku melepas paksa genggamannya.

"Ini mobil siapa?"
Sejak kapan ada mobil disini? Bukankah Reno selalu memakai motor kesayangannya itu? Kemana motornya?

"Ini mobil gue Nin. Udah ayo," tanganku kembali ditariknya. Dan dia membukakan pintu mobil untukku. Aku gugup, aku menatap wajahnya sekarang. Tampan. Satu kata lolos dari mulutku.

"Ada apa Nina? Kenapa menatapku seperti itu?" Aku bangun dari tatapan itu, dan langsung masuk kedalam mobil.

🌿🌿🌿🌿🌿

Sampailah kami di mall. Dan dia kembali membukakan pintu mobil untukku.

"Terima kasih"
"Sama-sama tuan putri"

Sekali lagi aku terkejut. Apa dia bilang? Tuan putri?

Masuklah kami kedalam mall, dan aku terkagum. Aku tidak pernah melihat pemandangan ini. Ini sejuk, ramai tetapi ini menyenangkan. Sangat berbeda dengan yang diluar sana.

"Kita cari pakaian ya,"
"Untuk siapa?"
"Untukmu la tuan putri" oh God. Dia lagi-lagi memanggilku tuan putri. Wajahku kini memerah, rasanya ingin senyum tetapi tidak, tidak boleh. Aku harus bersikap normal.

"Untukku?"
"Iya" jawabnya. "Nah itu dia, kita sudah sampai," ulangnya.

"Masuk, dan pilihlah sesukamu" ucap Reno. Dan aku hanya menganggukkan kepala dengan gugup.

Aku memilih 1 pakaian yang menurut aku bagus, dan segera memperlihatkan pada Reno.

"Sudah,"
"Kenapa hanya satu? Pilih lagi,"
"Tidak, ini sudah cukup,"
"Tidak, tidak. Pilih lagi Nina" paksanya. "Tidak ini sudah cukup Reno, lagian ini terlalu mahal untukku,"
"Baiklah, kalau begitu aku yang pilihkan" Reno berjalan mengelilingi pakaian-pakaian disana, dan kembali membawa 5 pakaian.

"Astaga Reno, ini banyak banget,"
"Sudahlah" dan dia memanggil salah satu pegawai "mbak mbak" pegawai itu lalu mendatangi kami "Iya mas" jawab pegawai itu.

"Ini mbak tolong bayarkan ya, ini kartu rekening saya,"
"Baik mas, tunggu sebentar ya mas,"

Reno telah banyak belanja untukku, mulai dari baju, sepatu, make up, tas, boneka, handphone, jam tangan, dan masih banyak lagi. Kemudian kami akan mencari tempat untuk makan.

Setelah kami pesan, dan kami akan makan. Tiba-tiba,..

"Nin.. Nina.. Nina,"
"Ahhhhhh! Mama? Loh kok aku disini?" Aku heran, sangat heran.
"Apanya? Kamu itu tidur. Lihat? Belum ganti pakaian, udah sore. Udah jam 5, makanya mama bangunin kamu"
"Astaga cuma mimpi" batinku.
"Ya sudah ganti baju, lalu mandi, dan makan, cepat!"
"Iya ma" jawabku malas. Kemudian aku bangun, dan melihat diriku di cermin.

Aku tersenyum, kenapa aku bisa mimpi pria itu? Jelas-jelas aku muak dengannya.

"Aku sedang jatuh cinta!" Batinku dan aku tersenyum.

"Ma aku jatuh cinta!" Jeritanku membuat mamaku marah. Beruntung mama tidak mendengar jelas kataku.

Cupu-cupu Nina [ On Going ]Where stories live. Discover now