Gizli | 33

356 27 2
                                    

Nanti ya, tunggu semuanya membaik.

***

"Gunakan sepuluh menitmu dengan baik," ujar dokter itu pada Arsha. Arsha mengangguk pelan, ia menatap Daisy yang juga menatapnya.

Daisy mengangguk dan tersenyum. Mereka sedikit menjauh dari brankar yang Zeta tempati. Ditariknya tirau hijau oleh Daisy, agar tidak terlihat oleh orang yang berada di luar.

Arsha menurunkan maskernya, perlahan ia menggenggam tangan Zeta. Arsha menatap lekat ke arah Zeta.

"Ta, aku disini Ta. Aku kembali, buat kamu," ujar Arsha pelan. Jemari Zeta tiba-tiba bergerak pelan, menandakan bahwa ada kemajuan pesat perihal kesembuhannya.

Arsha yang melihat itu, senang sekaligus panik. Ia memakai kembali maskernya dan hendak beranjak menjauh.

Namun sebelum itu, Zeta sudah mencekal tangan Arsha terlebih dahulu. Arsha terdiam karena cekalan itu.

"Ar ...."

"Arsha .... kamu dimana?" tanya Zeta lirih. Arsha berbalik guna melihat kondisi Zeta saat ini. Matanya tetap tertutup persis seperti orang yang mengigau.

"Ar ... Zeta takut Ar, kamu kenapa ninggalin aku Ar?" Zeta menangis dalam tidurnya. Arsha sangat tidak tega melihat Zeta dalam kondisi seperti itu.

Ia mendekatkan dirinya pada Zeta dan mengusap pelan puncak kepala Zeta guna memberi ketenangan disana.

Perlahan racauan yang Zeta lontarkan tidak terdengar lagi. Namun saat hendak benar-benar pergi, Zeta berteriak. Hal itu membuat Arsha terlonjak kaget.

"Aaaaaa hiks ... hiks ..." Arsha reflek mendekap Zeta erat dan menenangkannya.

"Udah ya, Arsha disini cantik," ujar Arsha pada Zeta. Napas Zeta masih memburu. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Perlahan Zeta tersadar dari tidurnya, ia membuka mata dan menemukan seorang perawat yang tengah memeluknya erat.

"Ken—" Zeta ingin bertanya namun justru ia sendiri yang kebingungan. Zeta merasakan pelukan yang sama seperti seseorang. Zeta hapal sekali dengan pelukan ini.

Hanya Arsha yang dapat memeluknya seperti ini. Arsha memeluk Zeta dengan erat dan membawa kepala Zeta ke bahunya untuk bersandar.

Arsha hapal betul bahwa Zeta sangat tidak suka jika ada orang yang memeluk Zeta sembari mengusap punggungnya. Arsha hanya menepuk puncak kepala Zeta pelan.

Zeta senang bukan main, ia membalas pelukan Arsha tidak kalah erat. "Arsha ... aku kangen."

Deg ....

Sontak saja, Arsha reflek melepas paksa pelukannya, ia mundur selangkah dari tempat sebelumnya dan menatap Zeta tidak percaya.

Untung saja ia sudah memakai masker yang dapat melindungi dirinya, Zeta mengerutkan keningnya. "Arsha ini kamu kan?" tanya Zeta yang hendak menggapai tangan Arsha.

Arsha justru mundur dan berkata, "Saya bukan Arsha Mbak, saya hanya perawat disini."

Zeta menggeleng tegas. "Enggak! Kamu itu Arsha. Aku kenal banget sama Arsha," elak Zeta tidak terima.

"Saya ingatkan kembali, saya bukan Arsha Mbak. Mohon maaf saya sudah lancang memeluk anda, karena itu pun perintah dari dokter sendiri." Arsha menatap dokter sebagai isyarat dan dokter itu mengangguk saja.

Zeta tidak habis pikir, "Mata kamu ... tapi Arsha gak pernah minta maaf kalo meluk aku."

"Kan saya sudah bilang, saya bukan Arsha. Sekarang, tolong jangan terlalu banyak berpikir Mbak, setelah ini dokter akan memeriksa anda." Arsha berlalu menjauh lalu berjalan menuju balik tirai hijau yang membentang. Arsha mendekati Daisy. Ia membisikkan sesuatu pada Daisy.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GIZLIWhere stories live. Discover now