Gizli | 06

1K 99 15
                                    

Dear you,

Ingin sekaliku bertanya mengapa engkau selalu membenci?
Mungkin saja, akan menjadi ilusi jika aku berkata seperti ini.
Anggap saja saat ini aku sudah mati.
Namun satu harapanku, sebelum itu kau bisa membaca ini kelak nanti.

ZetaAquila.

Zeta menutup buku dairy nya yang sudah usang. Zeta menuruni tangga, terlihatlah keluarganya yang berkumpul di meja makan. Ia hanya melewati meja tersebut begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.

"Zeta," panggil Dafrel.

Zeta berhenti tepat di ambang pintu. Sikapnya tak lagi seperti kemarin atau pun hari-hari yang lalu.

"Kenapa gak makan?" tanya Dafrel.

"Penting buat lo?" tanya balik Zeta sembari menatap datar Dafrel, Zeta segera berbalik dan berjalan mencari angkutan.

Dafrel memutuskan untuk kembali melanjutkan makannya. Tetapi Dafrel merasa seperti ada yang mengganjal di hatinya. Ia merasa sangat bersalah dengan kejadian kemarin.

Ia bangkit dari tempat duduknya menyusul kepergian Seta yang mungkin belum terlalu lama.

Zeta berjalan begitu cepat hingga kurang dari 200 m menuju sekolahnya. Sebenarnya ia bisa saja turun dari angkot di depan sekolahnya. Namun entah mengapa hari ini Dara tidak melakukan itu.

Satpam sekolah saja baru datang, tak sengaja dia melihat Dara berjalan lambat menuju sekolah.

"Selamat pagi Neng," sapa satpam tadi yang bernama Jali.

Zeta hanya membalas sapaan mang Jali dengan anggukan saja, tanpa senyuman sedikitpun.

"Eleh-eleh, kunaon atuh si eneng? Tumben." Mang Jali bingung akan sikap Zeta barusan.

Zeta langsung menuju kelasnya dan duduk di bangku paling belakang yang tidak dihuni siapapun.

Ia memilih untuk mendengar musik dan menelungkupkan wajahnya di balik tangannya.

"Heh cupu!" panggil seorang gadis entah tertuju pada siapa, Zeta tak ingin tahu. Yang jelas sekarang ia hanya ingin sendiri.

"Eh budek gue lagi ngomong sama lo!" sentak gadis tadi, lantas saja Zeta langsung mengangkat wajahnya. Ingin melihat makhluk macam apa yang telah mengganggu ketenangannya.

"Siapa?" tanya Zeta  sambil memutar bola matanya malas.

"Gue lah cewek tercan—"

"Yang nanya," ketus Zeta.

"Gue peringatin sekali lagi. Jangan pernah deket bebeb gue ngerti?!" ancam Jesy.

"Maksut lo mang Jali? Yaelah dia cuma nyapa gue kali. Santai aja gue gabakal kepincut," ujar Zeta malas.

"OH GOD, bukan mang Jali tapi Dean dongo," sentak Jesy kembali.

"Toa," ketus Zeta.

"Mending lo keluar deh, karena gue lagi males debat," lanjut Zeta dengan  mendorong Jesy untuk keluar dari kelasnya.

GIZLIWhere stories live. Discover now