Gizli | 25

868 42 7
                                    

Zeta tengah duduk di balkon rumahnya, dengan meneguk secangkir susu dan menikmati pemandangan senja di depannya.

Dia terus memandangi langit seakan jika mengalihkan padangan, langit itu akan hilang.

Darel, Dafrel,Dean, Alta, Axel. Apa-apaan ini?! Mengapa mereka terus mempermainkan perasaan Zeta.

"Hidup gue gini banget sih!" sentak Zeta sembari mengeluarkan air mata.

Dia kembali ke kamar untuk mengambil diary barunya. Ya, diary nya yang lama telah hilang. Setelah itu dia menuju balkon dengan memakai jaket.

Zeta mulai menumpahkan keluh kesahnya pada diary itu.

Hopeless.

Ragaku hidup.
Tetapi jiwaku telah tiada sejak lama.
Sesulit itukah bisa bahagia?!
Satu detik pun tidak.
Mungkin memang takdirku untuk selalu seperti ini.

Dengan ini aku mulai terbiasa.
Terbiasa dengan tawa dan luka.
Kau tau sampai saat ini,
Aku masih sama.
Terbelenggu dengan jiwa yang kurun waktu tetap seperti itu.

Terkadang hidup memang selucu ini.
Tetapi aku terus menikmati.
Dan hanya menunggu waktu agar aku bisa meninggalkan dunia ini.

Dara cuma pengen punya keluarga yang utuh, Dara gak mau kehidupan Dara penuh drama. Cukup di novel aja yang kayak gitu..

Jiwa yang terbelenggu.

🍂🍂🍂

Darel sibuk mengamati betul isi dari diary usang milik adiknya. Memang dari dulu dia tidak ingin mendengarkan penjelasan siapapun termasuk keluarganya.

Dia hanya menyetujui apa yang menurutnya benar. Dan saat itu menurutnya adiknya bersalah.

Dibukanya lagi lembaran pertama, biodata Dara terpampang jelas di halaman itu.

Nama: ZetaAquila
Makanan favorit: apa aja yang halal, yang penting jangan ada unsur kambingnya!
Warna : Zeta gak suka warna biru! Apalagi gaunnya.

Membaca bagian makanan di tulisan Zeta membuat Darel tergelak. Adiknya itu ternyata masih saja seperti dulu.

Dear, Januari.

Halo Januari! Padahal sekarang kan ganti tahun ya, tapi kenapa kehidupan gue gak berubah juga.

Tetap dilingkupan sebutan pembunuh. Kak Darel sama Papa kapan sih sadarnya? Zeta tuh kangennn banget dipanggil Zizi sama kalian:")

Dulu kak Darel selalu manggil susu Zee kan? Sekarang jangankan gitu, manggil nama Zeta aja kayaknya susah banget gitu ya kak.

Bandung, 17 Januari.

Hati Darel sempat berdesir kala membacanya. Semakin lama ia semakin larut membaca diary Zeta.

Sampai dimana satu halaman penuh, membuat Darel terpaku dan merenungi kesalahannya.

Dear, Darel.

Hai kak! Selamat ulang tahun ya hehe. Sebenarnya Zeta tuh selalu ngasih kakak kado ulang tahun loh, tapi kakak selalu gak nyadar.

Kalo kakak nanti baca ini, kakak cari aja kado kakak di sela lemari. Terakhir kali aku hitung kado itu masih sama 7 kado.

Kakak benci banget ya sama aku? Sampe kado aja, kakak kayak jijik banget buat nerima.

"Bukan jijik Zeta, tapi gue gak tahu sama sekali kalau ada kado disitu." Dafrel kemudian membalik halamannya.

Semoga di tahun ini kakak udah gak benci sama aku lagi. Kak, aku bukan pembunuh! Saat itu aku gak tau apa-apa.

Aku cuma pengen pusy aku, aku gak tahu kalau jadinya bakal gitu kak. Kalo aja ada pilihan buat mama atau aku yang mati,

Aku bakalan milih diri aku aja kak, karena kalian juga gak bakalan butuh adik gak berguna kayak aku:")

Saat kakak dorong aku dan tangan aku kena beling, disitu aku nangis kak. Bukan cuma kakak yang kehilangan!

Aku dibilang pembunuh, aku terima. Aku gak pernah diucapin ulang tahun lagi, aku terima kak! Tapi tolong...

Aku mohon terima kado itu. Buka dan jaga baik-baik.

Bandung, 24 Desember.

Tanpa sadar air matanya menetes membaca kalimat per kalimat yang ditulis adiknya.

Darel sadar, selama ini mungkin ia terlalu berlebihan. Tak seharusnya dia menyalahkan adiknya sebagai penyebab kematian mamanya.

Bagaimanapun Zeta adalah adik kandungnya. "Tapi kenapa gue masih gak rela maafin dia," kata Darel frustasi.

****

Maafin author yang update lama ya guys.
Iya selama nunggu dia sampek peka hehe:")

Berhubung aku udah kelas 9, jadi aku bakalan jarang update karena harus fokus.

Tapi tenang aja kok, aku bakalan namatin kisah Gizli ini dengan bumbu-bumbu haha.

Selamat membaca.

GIZLIWhere stories live. Discover now