Gizli | 23

622 41 4
                                    

Terima kasih cantik, meski aku menyuruhmu kembali, Apakah kamu mau menuruti?

_ZetaAquila_

***

Mereka saling melempar tatapan tajam.
Dean menarik tangan Zeta possesif, tapi Zeta tidak mau bergerak sedikitpun, dia hanya menatap Dean dengan tatapan sendu. "Aku gak bisa ikut kamu," kata Zeta.

"Kamu?!" pekik Dean dan Alta bersamaan.

"Ta, gak bisa gitu dong. Yang boleh lo panggil kamu tuh cuman gue, gak ada yang lain!" tegas Alta.

Dean mendorong Alta, "Alay lo!" sarkas Dean.

Perdebatan dimulai kembali, Zeta sudah sangat frustasi dengan kejadian ini. Dia memilih untuk pergi sendiri.

"Disa, perasaan gue gak enak. Lo kenapa?" ucap Zeta bermonolog.

Dadanya sesak mengingat bocah kecil di rumah sakit yang ia temui beberapa minggu lalu.

Tibalah Zeta di rumah sakit itu, ia bertanya pada resepsionis dimana ruang rawat Disa sekarang.

Zeta berlari tergesa-gesa. Dia melihat seorang pria paruh baya yang terduduk lemas di dekat pintu ruangan.

"Maaf, ini ruangan Disa kan?" tanya Zeta hati-hati. Pria tadi mendongak, menatap perempuan manis di depannya.

"Ada urusan apa kamu dengan anak saya?" tanya pria itu dengan suara serak karena sempat menangis.

"Saya mau mengembalikan ini." Zeta menunjukkan cincin yang tersemat di jarinya. Pria itu menolaknya.

"Pilihanmu sangat tepat nak," batin pria tadi.

Runtuh sudah pertahanan pria tadi, dia menangis tersedu-sedu di depan Zeta, "Disa su-udah tenang nak, ikhlaskan dia," ujarnya terbata-bata.

Zeta mundur, dia menggeleng kuat. Pintu yang tadi tertutup rapat, sekarang ia buka dengan sekali dobrak.

"DISAAA!!!" teriak Zeta. Disana hanya ada tubuh seorang anak yang terbaluti kain putih.

Sungguh, tubuh Zeta gemetar hebat saat ini. Tangannya perlahan membuka kain yang menutupi wajah orang di hadapannya.

Tes...

Tes...

"Gak mungkin, gak mungkin! Disa masih hidup om!!" Zeta mengguncangkan tubuh Disa dengan kuat.

Suster dan dokter berdatangan mendatangi ruangan yang penuh keributan karena ulah Zeta.

Bersamaan dengan datangnya Alta dan Dean yang memutuskan untuk berhenti berdebat, karena bagi mereka yang terpenting saat ini adalah Zeta.

"Kamu yang sabar, ini sudah jalannya tuhan Nak," kata dokter itu dengan kepala menunduk.

Resiko menjadi seorang dokter tidaklah mudah, kejadian ini salah satunya. Dimana kita dihadapkan dengan menyelamatkan satu orang yang amat sangat disayang orang banyak.

Menyesal? Sudah pasti. Setiap dokter tentu tidak akan tega melihat seseorang meninggal begitu saja.

"Mari kita bicara." Pria tadi menuntun Zeta untuk keluar dari sana. Dia tidak ingin berlama-lama di ruangan anak kesayangannya itu.

GIZLIWhere stories live. Discover now