Note : Siap-siap ya guys! Kasih satu kata setelah membaca part ini!
- - -
Alta ingin mengutarakan sesuatu pada seseorang. Ya, pada dasarnya bukan cinta seperti pada umumnya.
Rasa yang dirasakan Alta, hanyalah rasa ketertarikan belaka. Dirinya dibuat nyaman, bahagia bahkan cemburu di waktu yang tidak terduga.
"Ngapain sih Ta ke toko beginian?" tanya Azka tidak suka. Alta hanya melirik temannya itu lalu kembali memilah barang yang ingin dibelinya.
Gibran menjelajahi tempat yang kini ia, Alta dan Azka kunjungi. Tempat pakaian anak dan wanita.
Disana tak hanya menyediakan pakaian, pernak-pernik lain pun juga tersedia. Begitulah yang dilihat Alta.
Sedari tadi, pelayan temapt itu selalu mencuri pandang pada Alta dan Azka. Namun Gibran dihiraukan.
"Aih, Nona, Beta mo tanya. Se ada mata kalau lihat itu wajah Alta bagaimana?" tanya Gibran pada salah satu pelayan toko.
"Walah mas e guanteng banget oo, kok yo kayak Zayen Malik hihihi." Perempuan itu terkiki geli.
Gibran menatap wanita itu jijik. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Azka sudah bosan sedari tadi. Ia memilih menjelajahi toko tersebut daripada berdiam diri.
Lalu ia menemukan sesuatu yang membuat dirinya ingin sekali tertawa.
"Woy Gibran! Sini deh," ujar Azka. Gibran berjalan malas ke arah Azka. Setelah sampai disana, Azka mengangkat salah satu pakaian disana.
Mata Gibran membulat. "Dosa oto!"Gibran mengambil paksa barang itu dan ia buang sembarang arah.
(Dosa oto = dosa goblok.)
"Gibran! Gue udah bilang berapa kali, jangan ngomong pake bahasa daerah lo! Gue gak ngerti coy, nanti gue bales pake bahasa daerah gue, nyahok lo!" Azka kesal sekali pada Gibran.
"Beta sudah belajar toh, beta hidup di Ambon itu sudah lima belas tahun Ka, tidak bisa hilang begitu saja. Se tak punya itu otak kah?" Gibran geram sendiri.
"Lo—"
"Masnya mau beli ini ya? Buat pacarnya? Yang ukuran berapa?" tanya pelayan di toko itu dengan mengangkat pakaian yang tadi sudah dibuang Gibran.
Mereka berdua menahan malu. "Eh enggak Mbak, permisi." Azka menarik Gibran pergi menjauh dari sana.
"Ada-ada aja." Pelayan itu menggelengkan kepala dan melihat pakaian itu kembali.
Ia mencoba mengukur pakaian itu ke dadanya. "Lah ini mah gede banget."
Alta masih mencari apa yang menurutnya cocok. Matanya menemukan sesuatu yang menurutkannya unik.
YOU ARE READING
GIZLI
Teen FictionFOLLOW AUTHOR DULU, JIKA BERKENAN😉 [BELUM REVISI ] ✅ Ini kisah antara aku dan dia yang berubah menjadi kita. Kisah yang mengajarkan tentang bagaimana arti merelakan dan bahagia yang sebenarnya. Munafik namanya jika aku tak bahagia kala dia membalas...