Gizli | 31

255 23 2
                                    

Sesal dirasa sesak saat perasaan menyeruak.

***

Happy reading🌈

Sebelumnya aku mau nanya nih, ada yang mau join di grup Gizli enggak sih?

Kalau mau nanti saya buatkan, tapi di line, gimana?

Kalau berminat koment ya?!

Terima kasih ....

———

"Zeta pulang!" seru Zeta ke segala penjuru rumahnya. Bi Marni menyambutnya dengan senyuman manis.

Zeta membalas senyuman itu dan menyalimi tangan Bi Marni, "Non makan dulu gih," perintah Bi Marni padanya.

Zeta pun mengiyakan ucapan Bi Marni. Ia mulai berjalan ke arah meja makan dan alangkah terkejutnya saat menemukan Darel tengah makan dengan tenang di meja makan.

Zeta langsung memberhentikan langkahnya, ia memutuskan untuk berbalik dan hendak menuju kamarnya namun tidak jadi karena omongan Darel.

"Mau kemana lo?" tanya Darel sinis. Ia menghentakkan alat makannya ke piring. Zeta meneguk ludahnya kasar.

"Ke atas, Kak." Zeta menjawab pertanyaan Darel tanpa membalikkan badan. Darel menghela napas.

"Sini lo!"

Zeta mengerjapkan matanya beberapa kali, ia perlahan berbalik dan mulai berjalan mendekati Darel. "Duduk."

Zeta menduduki kursi yang berada tepat di hadapan Darel, ia tidak berani untuk mengangkat wajahnya walau hanya sekedar melihat Darel.

"Kenapa lo nulis ini hah?!" bentak Darel dengan menyodorkan sebuah surat yang sangat Zeta kenali. Perlahan Zeta mengangkat wajahnya dan menatap Darel yang tengah menatap Zeta nyalang.

"JAWAB!" Darel menggebrak meja makan. Zeta menutup matanya reflek dan menutup kedua telinganya.

"G-gue ... gue ...." Zeta menggeleng penuh kemudian berlari menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Darel menyusul kemana Zeta pergi dan mengetok pintu Zeta beberapa kali. "Kalo lo gak keluar, pintunya gue dobrak!"

"Zeta! Keluar gak?!"

Zeta menangis tersedu-sedu. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Zeta bingung harus berbuat apa saat ini.

Alasan dia menulis surat itu sebenarnya hanya sekedar hadiah untuk Darel. Zeta tahu pasti, maut tidak ada yang bisa memprediksi. Maka dari itu, ia menuliskan surat untuk Darel.

"Mamah, Zeta takut ... Kak Darel serem." Zeta bingung harus bagaimana, ia memutuskan untuk bersembunyi di belakang lemari sepatu miliknya yang terletak di belakang pintu. Zeta hanya berharap bisa lolos dari amukan Darel.

Brak ....

Darel mendobrak pintu kamar Zeta dan mulai mencari keberadaan adiknya. "Zeta dimana lo?! Keluar lo pembunuh!"

Hati Zeta serasa dicabik-cabik mendengar hal itu. Ia berusaha menguatkan diri dan mengendap-endap untuk bisa keluar dari kamarnya.

Sialnya, kakinya tersandung oleh kaki lemari miliknya. Sehingga menimbulkan suara yang membuat Darel menolehkan kepalanya ke arah sana.

Zeta membulatkan mata saat Darel menatapnya dengan senyuman licik. "Ketemu lo." Darel mendekati Zeta dan hendak memegang lengan Zeta.

Zeta dengan cepat berlari berusaha untuk kabur dari kejaran Darel. Namun apalah daya, kekuatan perempuan dengan lelaki sungguh berbeda.

GIZLIWhere stories live. Discover now