Gizli | 19

661 55 7
                                    

jangan terlalu bahagia yang menyebabkan kamu sampai lupa dunia. Karena sekalinya kamu ingat, tentu akan membuatmu menyesalinya.

🍂🍂🍂

Saat ini semua murid SMA Jaya Bakti tengah berada di Kampung Budaya Sindangbarang untuk melihat dan mempelajari kebudayaan yang ada disana.

"Ta masa lo gak inget sih siapa yang udah nolongin lo tadi malem?" tanya Kaysa.

"Gak."

"Dikitt aja, masa gak ada?" sekarang giliran Fio yang bertanya dengan sedikit mendesak.

"Sama sekali enggak!" ujar Zeta geregatan.

Saat sedang asyik melihat rumah yang ada di kampung tersebut tiba-tiba tangan Zeta ditarik oleh seseorang.

"Eh!" Zeta terlonjak kaget langsung menengok ke arah orang itu. Ternyata Axel, kakak kelasnya yang manis itu.

"Kakak ngapain narik gue?" tanya Zeta pada Axel.

"Ikut gue. Gue mau nunjukin sesuatu yang belum pernah lo lihat," jawab Axel dengan senyum yang mengembang.

"Tapi—" ucapan Zeta tertahan karena tangan satunya lagi dicekal oleh orang lain.

"Seneng banget sih, nyegat gue mulu," batin Zeta kepedean tapi ya memang benar.

Zeta menoleh, Axel pun juga begitu. Setelah mengetahui siapa yang mencekal tangannya Zeta hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Zeta ikut gue!" cercah Dean yang langsung mendapatkan protes besar-besaran dari Axel.

"Apaan dih, Zeta itu perginya sama gue dulu!" Axel tidak terima.

"Yaudah sekarang gini lo pilih gue atau Axel?" tanya Dean sembari menghempaskan cekalannya pada Zeta, begitu juga dengan Axel.

Zetasangat bingung, mungkin kalian ada yang pernah mengalaminya. Dia bingung harus memilih siapa. "Gue mau ke Kaysa aja," ucap Zeta yang langsung melengos pergi begitu saja.

"Mau kabur? Atau emang lo gak mau?Ngaca woy! Di luaran sana masih banyak cewek lain yang ngantri buat jalan sama gue, dan lo?! Jangan sok kecakepan deh jadi cewek!" Sepertinya mood Dean saat ini sedang hancur, lihat saja dari sorot matanya yang tajam itu sudah tercetak jelas bahwa ia sedah dalam mode ganas kali ini.

"mampus gue," batin Zeta.

Zeta harus memutar otak agar bisa terbebas dari kejadian ini secepat mungkin. "Gue milih kak Axel." Zeta memilih Axel, kerena baginya Axel yang lebih dulu mengajaknya untuk berkeliling di tempat itu.

Dean semakin tidak mood mendengar perkataan Zeta. "Dasar cabe!" ketus Dean yang melenggang pergi begitu saja dari sana.

Entahlah, Zeta tidak tahu perasaan apa ini yang timbul setelah Dean mengucapkan kata-kata menyakitkan seperti tadi. Matanya terus mengikuti kepergian Dean sampai tubuh Dean tidak terlihat lagi.

🍂🍂🍂

Malam ini Darel ingin menemui adiknya. Sebenci-bencinya seorang kakak, pasti dia juga ada rasa khawatir terhadap adiknya.

Sebenarnya Darel bingung memikirkan masalah yang terjadi di keluarganya. Di satu sisi, logika berkata untuk tidak untuk memaafkan Zeta.

Di sisi lain hati kecilnya mengatakan bahwa Zeta pantas dimaafkan, karena kejadian itu murni rencana Tuhan.

"Cari siapa?" tanya orang itu dengan suara agak serak. Darel melihat ke arah tangannya yang ada di bahu kanannya.

"Tangannya pucet amat, apa jangan-jangan dia bukan manusia lagi?" batin Darel.

Perlahan Darel menoleh ke belakang dan betapa mengerikannya wajah perempuan di depannya itu! Dengan rambut acak-acakan dan wajah yang penuh darah.

Mata Darel membulat seketika melihatnya, apalagi di depan pintu Villa adiknya itu agak minim pencahayaan.

Mata Darel membulat seketika melihatnya, apalagi di depan pintu Villa adiknya itu agak minim pencahayaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"SETAN!!!" pekik Darel dan langsung berbalik dan berlari secepatnya untuk menjauh dari sana.

Yah, seperti drama, perempuan tadi mencakal tangan Darel dan berkata, "Gue bukan setan oneng!" sarkasnya.

Darel melihat perempuan tadi dengan tatapan mengintimidasi, mulai dari atas sampai bawah. Syukurlah kakinya tidak ngayang.

"Gue salah apasih sama lo merah?! gue tuh gak pernah nonton lo di manapun. Jangankan nonton, denger judul film yang lo peranin aja udah bikin gue enek tau gak!" ketus Darel sambil bersedekap dada, ya sebenernya takut sih. Tapi ya mau gimana lagi?

"Untung ganteng," gumam perempuan di depan Darel. Masa iya pesona seorang Darel sampai ke dunia persetanan sih?!

"Nama gue Kayla. Gue bukan setan. Gue anak kelas 11 Ipa 3 dan ini masker red Velvet bukan darah!" katanya sambil menoelkan sedikit maskernya yang belum kering ke pipi Darel.

"Hah? Oh.. Eh lo dimana Zeta!" desak Darel ke Kayla yang menyembunyikan malunya.

"Dia pergi sama semua temen sekamarnya, memangnya ada hubungan apa lo sama Zeta?" tanya Kayla.

"Kepo banget sih lo!"

"Santai kali, gue kan cuman nanya!"

"Ya udah sekarang kamar dia dimana?!" tanya Darel ngegas.

"Lo mau maling ya?! Wah harus dilaporin nih Bu—" ucapan Kayla terpotong karena Darel lebih dulu menutup mulutnya dan menyudutkan dia ke tembok.

"Ngomong gitu lagi, abis lo sama gue!" ancam Darel dan melepaskan Kayla.

"Sekarang dimana kamar Zeta?!"

Lalu Kayla menunjukkan letak kamar Zeta, semenjak kejadian itu Kayla lebih banyak bungkam dan senyum-senyum sendiri.

"Dasar cewek, gaspol dikit udah klepek-klepek." Darel menggelengkan kepalanya dan segera masuk ke kamar Zeta sebelum Zeta kembali.

~TBC~

Makasih yang udah mau baca:^
Ikutin terus alur cerita ini ya...
Udah update buat kalian hehe.

GIZLIWhere stories live. Discover now