"Terus, lo biarin gue sendirian di sini?"

Derrel berusaha untuk menyembunyikan senyum bahagianya saat menyadari bahwa Atilla secara tidak langsung menyatakan ketidakbisaannya jika tidak ada Derrel di sampingnya.

"Bukannya lo gak suka diperhatiin? Kalo di kantin, temen-temen gue suka bikin rusuh, tau. Otomatis bakalan jadi pusat perhatian, apalagi karena ada lo." bohong Derrel.

"Gue? Emang gue kenapa?" tanya Atilla polos.

"Lo galak-galak bego juga ternyata. Lo, kan, murid baru. Mana ada yang nggak kenal? Udah sini cepetan, gue laper. Selain lo harus kenalan sama temen gue, lo harus cobain pempeknya Mbak Emi."

Atilla bangkit dari duduknya, lalu mengisyaratkan Derrel untuk jalan lebih dulu di depannya. Sayangnya, walaupun mereka tak lagi jalan beriringan, tetap saja orang-orang yang melihat mereka, berbisik-bisik sambil terkikik.

Menahan luapan emosi. Atilla harus terbiasa melakukan itu mulai sekarang.

• • •

"Jadi, butuh berapa menit lagi buat bikin temen lo bisa ngomong, Rel? Gue kok curiga kalo dia ini bisu?" sarkas Arkan.

"Lo mau gue tonjok?" Atilla menyedekapkan tangan, menyorot Arkan dengan tatapan malas.

"Bisa ngomong ternyata. Kalau punya mulut, kenapa gak digunain, sih?"

Atilla mengangkat alis kanannya. "Karena lo bukan siapa-siapa gue?"

Arkan terdiam. Mungkin jawaban Atilla yang lebih mirip pertanyaan itu terlalu membuatnya tertohok.

"Nah, supaya kita-kita ini bisa jadi siapa-siapa nya Atilla, alangka baiknya kalau kita kenalan dulu." Suara itu datang dari Sammy. Si paling bijak di antara mereka semua.

Arkan hendak menimpali Atilla dengan balasan yang lebih pedas, namun tertahan oleh Arjun yang tiba-tiba ikut angkat suara. "Karena seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang,"

"Sudah kenal, tak di sayaaang...!" teriak Derrel ikut menimpali. Sayangnya, itu belum cukup untuk mencairkan suasana beku antara Arkan dan Atilla.

Arkan sebenarnya tidak tahu mengapa dirinya tidak menyukai keberadaan Atilla saat ini. Boleh dikata, dirinya masih tidak terima saat Atilla melemparinya dengan ransel tempo hari. Demikian pula dengan Atilla. Sejauh ini, dia juga belum mengerti mengapa tepatnya ia bisa semarah itu kemarin. Padahal, bukankah candaan yang dilontarkan Arkan kemarin bisa saja berarti kalimat salam kenal?

Tak bisa berlama-lama dengan suasana canggung seperti ini, Arkan memutuskan untuk mengalah. Dia lalu menjulurkan tangan.

"Panggil aja gue Arkan. Maaf soal kemarin. Gue bercanda."

Atilla menepis tangan Arkan pelan, lalu menatapnya dengan ekspresi yang seolah mengatakan 'never mind'

Selama mereka sibuk bertukar nama dan identitas diri, tak ada yang tahu bahwa di meja paling depan ada beberapa cowok yang sedang memperhatikan Atilla dari jauh.

"Kalau dilihat-lihat, itu murid baru mukanya oke juga. Ya...cuman butuh dipermak dikit aja," timpal Bastian, cowok yang menduduki posisi kedua dari tiga cowok  berpredikat tertampan di sekolah.

CephalotusWhere stories live. Discover now