16

529 43 0
                                    


"Korban pertama adalah Adelio, dia mahasiswa dari salah satu universitas di Indonesia. Kehidupan nya berjalan seperti pada umumnya, dia memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Meninggal pada 8 Juli 2021 di Jalan Ratulangi, Jakarta barat." Jelas Nicholas sambil menunjuk foto korban dan bukti-bukti menggunakan spidol hitam nya.

Semua mengangguk memperhatikan.

"Korban kedua adalah Baron, dia masih mahasiswa juga. Kehidupan nya berkecukupan, dia sudah tidak memiliki ayah sejak memasuki kuliah. Meninggal pada 2 Agustus 2021 di Jalan Veteran, Jakarta utara."

"Korban ketiga adalah istri saya, Jingga. Meninggal pada hari yang sama juga yaitu 2 Agustus 2021 di Jalan Arumasri Jakarta utara."

Luka lama nya seperti terbuka lagi jika ia membahas tentang kematian mendiang istri nya.

"Sebelum saya lanjut apakah ada pertanyaan?"
Tanya Nicholas sebelum melanjutkan penjelasannya lagi. "Kenapa om bisa mikir kalo para korban itu ada sangkut paut nya?" Tanya Altha.

"Iya, kenapa om mikir kalo korban-korban itu di lakuin oleh orang yang sama?" Lanjut Alvino bertanya juga.

Nicholas mengangguk-anggukan kepala nya sambil tersenyum kecil. "Pertanyaan bagus."

"Kenapa saya mikir kalo ini di lakuin oleh orang yang sama karna setiap korban memiliki tanda yang sama di tubuh nya." Ucap Nicholas membuat semuanya menatap bingung.

"Tanda?" Tanya Abian. "Tanda apa?" Lanjutnya.

"Tanda X yang ada pada pundak korban." Jawabnya sambil memperlihatkan gambar korban. "Dan tanda ini juga terdapat pada badan istri saya."

Altha menoleh dan berpikir sebentar. "Kalo gak salah kasus ini gak pernah di bawa ke publik, bahkan masyarakat gak tau kalo ada kasus pembunuhan dengan tanda X kaya gitu." Jelasnya.

Karna setau Altha kasus ini sudah berusaha di tutupi oleh polisi dari beberapa bulan lalu, alasannya karna pembunuhnya tidak tertangkap dan juga tidak ingin membuat masyarakat menjadi cemas.

"Terus selama ini keluarga korban di kasih alasan apa tentang pembunuhan itu?" Tanya Gavin. Benar juga keluarga korban tidak mungkin ingin anaknya di bunuh sadis tanpa alasan.

Nicholas menarik bangku di depannya untuk duduk, kemudian ia menarik beberapa kertas yang terdapat stempel polisi di bawah nya. Ia menarik nafas singkat. "Perampokan, dan tindak kriminal lain."

"Hah, gila. Bukannya nyembunyiin alasan pembunuhan itu bisa di penjara, bahkan ada pidana nya kan?"

"Ya, semua polisi itu pasti bisa di penjara. Tapi mau gimana lagi, mereka bisa dapetin apa yang mereka mau." Ucap Alvino.

Benar, sekarang banyak sekali orang yang memanfaatkan kekuasaanya hanya untuk kepuasan tersendiri.

"Tunggu, korban pertama itu Adelio Prawibawa?" Tanya Altha pada Nicholas.

Lelaki itu menoleh cepat. "Benar, bagaimana bisa tau?"

"Adelio Prawibawa, anak dari Satya Prawibawa seorang Jendral polisi?" Tanyanya sambil memastikan. "Dia tau semua yang terjadi sama anak nya?"

Lelaki itu mengangguk. "Aneh bukan?"

"Aneh, aneh banget. Gak ada orang tua yang mau anak nya di bunuh, apalagi dia nyoba buat nutupin kasus ini dan malah bilang kalo ini perampokan?"

LAST MISSION Where stories live. Discover now