37

263 17 3
                                    

"Satu...!!!"

"Dua...!!!"

"Tig—"

"BENTAR-BENTAR!!! SUMPAH TANGAN GUE GEMETER! HADUH, GUE KAYANYA GAK BISA DEH! INI KALO GUE GAK MASUK JALUR SNM GIMANA DONG!! KALO GUE BELAJAR BUAT UTBK JUGA GAK MUNGKIN MASUK GAK SIH??? MASA MAU JALUR MANDIRI??? ITU MAHAL BANGET BUSET!! MAU KERJA DI CAFE JUGA GAK BAKAL CUKUP!!" Teriak lelaki itu sambil bergerak tidak karuan.

Ia kemudian menatap teman-teman nya yang sudah memasang wajah jengah. "DI KULIAH TUH GAK BISA NGUTANG KAN YA? KALO MISALKAN GUE PINJEM DUIT DOSEN NYA KIR—ANJING JANGAN DI PENCET BRENGSEK!!" Teriak nya di kalimat terakhir saat melihat Saka menekan layar handphone.

Lelaki itu menatap layar handphone Edgar cukup lama. Setelah itu menatap Edgar dengan pandangan kasihan.

"J-jangan bikin takut dong!! Ampe ternyata gue masuk, tonjok ya!!" Panik nya saat melihat tatapan Saka.

Ia benar-benar tidak siap menerima kabar buruk! Sungguh!

"Liat sendiri." Ucap nya sambil menyerahkan handphone itu dengan keadaan terbalik.

Semua nya menatap Edgar dengan tatapan penasaran. "Buka gar." Suruh Rafa.

"Cepetan buka."

Karena melihat lelaki itu tidak juga membalik handphone nya, Reyhan dengan kesal menarik handphone Edgar.

Lelaki itu sedikit terkejut menatap layar handphone milik Edgar, kemudian terdiam lagi. "Makannya belajar gar.."

Tangan Edgar dingin, jauh lebih dingin dari hawa kota Moskow saat pertama kali mereka datang.

"Gak bisa, gak bisa. Buka bareng aja kita semua!"

Mereka akhirnya mengangguk setuju dengan wajah serius, sambil menatap wajah teman-teman nya.

"Ampe ada yang telat atau duluan kita masukin ke tumpukan salju di depan." Ucap Gavin. "Udah gak ada salju anjir, pada cair. Orang udah 5 derajat."

"Yaudah, kita gak bolehin dia mandi pake air panas." Lanjut Gavin di balas anggukan.

Mereka langsung menaruh handphone nya di lantai bersamaan membentuk lingkaran.

"Satu..."

"Dua..."

"TIGA!!"

Deg!

Semua tampak terkejut melihat hasil nya. Banyak yang berwarna merah, hanya lima orang berwarna hijau.

"M-maksud nya kalo merah tuh di tolak ya?" Ucap Rafa gugup, tangan nya sedikit gemetar memegang handphone.

Dug!

"Bener raf, makannya jangan main mulu. Gak keterima kan." Kata Gavin sambil manaruh tangan nya ke pundak lelaki itu tiba-tiba. Rafa menoleh melihat handphone Gavin.

"Lo juga gak keterima."

"Gue sih udah duga kalo gue gak keterima." Ucap nya santai. "Goblok!" Seru Malvin mendengar perdebatan keduanya.

LAST MISSION Where stories live. Discover now