34

224 21 5
                                    


"Chelsea, jelasin ke gue semuanya." Ucap Altha tiba-tiba setelah membuka pintu ruang rawat Nathan.

"ALTHA!" Seru Chelsea. "Lo kemana aja sih, asal kabur aja!"

Perempuan itu berjalan mendekat. "Harus nya gue yang nanya, kamar Nathan lo namain apa. Gue tanya ke resepsionis gak ada nama Nathan."

Chelsea terdiam sebentar, ia kemudian tertawa canggung. "Itu, kan biasanya emang gak pernah pake nama asli. Iya kan, iya kan?"

"Itu kalo di Rusia."

Perempuan itu menggaruk-garuk belakang kepala nya yang tidak gatal. "Sorry.."

"Nathan gimana?"

"Gapapa. Cuman masih belum sadar aja, kata dokter mungkin besok pagi." Jawab nya.

"Lo udah di periksa?"

Chelsea menatap Altha dengan wajah sangat heran. "Lo ngomong aja sama diri lo sendiri. Liat tuh, apaan belum di obatin sama sekali tangan luka begitu. Muka lo juga, dipikir orang gak tau apa. Resepsionis juga takut kali ngasih nomor kamer Nathan kalo yang nanya modelan lo." Marah perempuan itu.

"Lo gak bisa bohong dari gue Altha! Lo pikir gue gak tau, kalo lo cuman bersihin luka di muka lo doang padahal belum di obatin? Tangan sama kaki lo juga pasti luka kan, di tutupin pake celana sama baju doang pasti!" Sewot nya.

Altha menarik napas pelan. "Gak penting. Sekarang, yang penting cuman tentang kebenaran ingatan gue yang ilang."

"Kalo lo mau tau, lo harus periksa dulu sama dokter tentang kondisi lo."

"Chelsea please.."

"Terserah, lo kaya nya juga gak sepenasaran itu tentang ingatan lo."

Perempuan itu tampak menghembuskan napas nya perlahan. "Okay.." Ucap nya dengan nada putus asa. Ia kemudian dengan cepat berjalan keluar meninggalkan kamar rawat Nathan.

Benar, ia tidak boleh melupakan ingatan itu seakan-akan tidak pernah ada. Altha harus mencari tau kebenaran dari ingatan nya untuk melanjutkan semua ini.

"Isi daftar pemerikasaan terlebih dahulu." Ucap perempuan dengan pakaian pekerja rumah sakit sambil menyodorkan buku dan juga pulpen.

Altha dengan cepat mengisi beberapa pertanyaan di buku itu.

"Udah."

"Baik, karena sedang ramai. Jadi bisa langsung masuk dan menunggu sesuai nomor antrean."
Ucap nya menjelaskan.

Perempuan itu mengangguk, kemudian ia berjalan menuju lorong yang ramai dengan lelaki berpakaian hitam.

Ya, siapa lagi jika bukan anggota misi.

"Hahahahaha anjir, sok banget lo!"

"Dih beneran, lo gak liat gue nendang tu cowok yang muka nya kaya alien?!"

"Sok-sok an, lo ganti celana tadi karna kencing di celana kan?" Tanya lelaki itu membuat semua nya menatap.

Setelah beberapa detik berlalu, lorong itu menjadi sangat ramai karena di penuhi tawa dari semua orang.

"Brengsek, kan kita udah sepakat buat rahasia in ini! Emang temen gak punya adab lo ya!" Marah nya.

"Udah elah bercanda nya, ini rumah sakit." Ucap salah satu dari mereka membuat semua nya berhenti berbicara.

"Emang ni anak nya gak seru. Gak usah di temenin aja gak sih?" Kata lelaki itu dengan suara biasa tetapi dengan gaya berbisik mendekati teman di samping nya. "Kan lo yang ngajak dia temenan."

LAST MISSION Where stories live. Discover now