✉ 11 || Vienna Esterina Elara

1.8K 301 31
                                    

Rasanya, ajalku sudah dekat. Kenapa aku bilang begitu? Karena aku dan Riga akan segera bertemu dengan orang yang melukai Anna. Sial sekali nasibku ini.

Tiba-tiba terbersit di pikiranku tentang Anna. Oh ya, di mana dia sekarang? Aku celingukan mencari Anna di ruangan itu. Tapi tak kunjung kutemukan sosoknya. Yang ada, aku malah ditarik Riga ke balik tumpukan kursi.

Suara percakapan itu terdengar sangat dekat. Sepertinya pelaku percakapan ada di depan ruangan ini. Mereka masuk. Ya Tuhan, mereka kan Raja dan Ratu Sekolah. Keduanya tidak menggunakan jubah lagi. Baju dan perawakan mereka terlihat jelas. Sayangnya, mereka masih saja menggunakan topeng yang menutupi seluruh wajah mereka.

Kenapa aku merasa tidak adil ya. Kami para kandidat diminta menggunakan topeng yang hanya menutupi setengah wajah kami, sedangkan mereka menggunakan topeng yang menutup wajah-wajah misterius mereka. Yah, tapi aku sadar. Ini kan acara mereka. Jadi apa hakku untuk protes atas ketidakadilan ini.

Aku menoleh pada Riga. Kami berdua sama-sama menahan napas. Di sini minim udara dan pengap. Kalau bernapas pun, kurasa aku akan bersin dalam waktu dekat.

"Aku akan bawa Anna ke mobil," terdengar suara berat Raja.

"Oke, aku akan bersihkan ruangan ini supaya tidak meninggalkan bekas apapun. Kamu duluan aja. Aku akan nyusul belakangan. Aku perlu memastikan kalau semua sudah beres." Suara lembut Ratu terdengar menyahuti omongan Raja.

Aku mengintip sedikit. Oh, rupanya Anna tadi disembunyikan di sana. Pantas saja aku tidak melihatnya.

Raja keluar dari ruangan ini. Ia membawa Anna. Tinggallah Ratu seorang.

Aku melirik pada Riga. Meminta persetujuan untuk langsung menangkap Ratu psikopat itu. Tapi Riga menggeleng. Dari gerakan bibirnya, sepertinya ia melarangku untuk mengambil tindakan apa pun saat ini.

Aku mengangguk. Apa boleh buat. Aku juga takut sih kalau ternyata si Ratu itu lebih kuat dari kami berdua. Percuma kan kalau niatnya mau ngeroyok, eh malah senjata makan tuan.

Begitu si Ratu selesai membersihkan genangan darah di lantai, ia tampak membenahi posisi barang-barang di ruangan ini. Setelahnya, ia meninggalkan ruangan ini begitu saja. Syukurlah, dia tidak tahu kalau aku dan Riga sedang mengintai di balik tumpukan kursi.

Riga keluar dari tempat persembunyian ini perlahan. Aku mengikuti.

"Lo tahu nggak genangan darah tadi membentuk apa?" Riga bertanya padaku.

Aku tadi sempat berpikir bahwa ganangan darah itu membentuk sebuah pola atau gambar. "Mahkota?"

Riga mengangguk. Mataku jeli juga ternyata.

"Lalu tulisan di atasnya lo baca juga nggak?" tanyanya lagi.

Kali ini aku menggeleng lantaran memang tidak tahu.

"Mahkota untuk Ratu Anna," bisiknya penuh drama.

Aku mengernyit. Ternyata Riga lebih jeli dari aku, ya? Dia menyadari ada tulisan semacam itu, sedangkan aku tidak. Oh mungkin karena begitu melihat genangan darah, aku malah berusaha mencari keberadaan Anna.

"Terus, kita bisa pulang sekarang?" tanyaku penuh harap.

Dia mengangguk. Aku bersorak dalam hati. Rasanya senang sekali bisa segera keluar dari sekolah ini. Entah mengapa, aku merasa sangat menyesal terdaftar sebagai salah satu siswi di SMA ini. Aku tidak tahu kalau sekolah ini begini menakutkan.

Aku dan Riga berjalan dalam diam menuju ke gerbang sekolah. Tentunya dengan kewaspadaan tinggi, kami membuat perhitungan setiap melangkah.

Sepertinya Raja dan Ratu sudah pergi dari sekolah. Mereka pergi membawa Anna entah kemana. Bagaimana nasib Anna? Apa cewek itu masih hidup atau sudah mati?

PEMILIHAN RAJA & RATU SEKOLAH (BAGIAN 1)Where stories live. Discover now